WHEREVER YOU ARE || 077
—copyright, 13 Desember 2023—
.
.
.DI mana ini?
Seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda, langit biru yang terbentang serta laut yang menjadi pijakannya membuat Cale berpikir ia akan jatuh tenggelam ke dalam lautan tanpa dasar. Matanya mengerjap, menatap riak air di bawah kakinya.
Perasaan aneh merayap, seperti kaca tipis yang siap hancur kapan saja, lantai yang berupa lautan itu seolah-olah ingin menelannya hingga ke dasar yang paling dalam.
Cale pikir ia saat ini sedang tidur... atau mungkin tengah mengalami sebuah mimpi? Entahlah, ia tidak menjelaskannya tapi yang jelas, ia di sini hanya sendirian. Tanpa seorang pun. Entah itu Rok Soo atau siapapun. Benar-benar sendiri seolah ia telah dibuang dari dunia nyata yang selama ini selalu menyakitinya.
“Jika memang begitu, haruskah aku tetap di sini saja?”
Pikiran Cale jatuh ke dalam renungan panjang. Mencoba menelaah dengan baik meski sakit kepala sering kali mendera. Seolah tak membiarkannya untuk berpikir, si rambut merah itu akhirnya menyerah kala sakit kepalanya terasa seperti akan mengoyak setiap sel di otaknya.
“Sebenarnya ... ada di mana aku?”
Cale bingung, menoleh ke sana kemari untuk mencari petunjuk. Memberanikan diri untuk melangkahkan kaki meski ragu jika dinding tipis transparan yang sepertinya akan pecah kapan saja itu hancur dan ia jatuh ke lautan. Namun, karena rasa penasarannya yang tinggi, hal itu mengalahkan rasa takutnya.
“Tidak mungkin aku akan mati di dalam mimpiku sendiri ...”
Tepat ketika kakinya melangkah, suara retakan yang mengerikan terdengar sehingga membuat seluruh tubuhnya yang kurus membeku.
“... ‘kan?”
Keringat dingin seketika mengaliri pelipisnya, degup jantungnya yang berdetak kencang berdentum keras bagaikan ditabuh oleh gada raksasa.
Cale takut. Benar-benar takut namun, jika ia tetap berdiam diri di sini tanpa bisa melakukan apapun, entah mengapa ia merasa itu hanya akan membuatnya menyesal. Jadi, ia pun meyakinkan dirinya sendiri lalu dengan keyakinan penuh terus melangkah meski suara retakan demi retakan lantai kaca yang pecah mengikutinya.
Sendirian di tempat yang diketahui, Cale menyusuri jalan dengan pola lurus. Ia sama sekali tidak berani untuk mengubah arah tujuan meski itu hanya sekedar penasaran. Tetap berjalan lurus meski kakinya mulai terasa sakit dan pegal.
Langit biru cerah serta awan-awan putih yang menggumpal menjadi satu-satunya pemandangan yang dilihat oleh mata merah kecokelatannya. Riak air di bawah kakinya terkadang terdengar namun, hanya itu saja. Tak ada hembusan angin atau suara lainnya selain suara retakan-retakan lantai kaca di belakangnya.
Sampai entah berapa lama ia berjalan, itu terasa seperti selamanya ketika ia melihat setitik cahaya terang di kejauhan muncul. Sepertinya perjalanannya tidak berakhir sia-sia jadi, si rambut merah itu mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempercepat laju langkahnya meski itu tidak memberikan pengaruh sama sekali terhadap langkah kakinya yang lambat.
Butuh beberapa waktu untuk Cale sampai di sana dan ia tak bisa untuk tak tercengang ketika melihat apa yang ada di depannya.
Cahaya terang yang dilihatnya dari kejauhan itu terlihat seperti dinding kaca. Hanya saja, itu memiliki sulur-sulur cahaya seperti aliran listrik dengan berbagai warna yang berputar seperti gasing. Di dominasi oleh warna emas, Cale sesekali menyipitkan mata ketika ia akhirnya berdiri sekitar satu meter jauhnya dari dinding kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wherever You Are
FanfictionSeiring berjalannya waktu, semua kebaikan yang ada di hatinya mulai terkikis saat rahasia mengerikan yang tersembunyi dalam sebuah novel fantasi terungkap. Meninggalkan perasaan pahit akan dendam masa lalu yang menuntut pada pembalasan yang pernah t...