WHEREVER YOU ARE || 015—copyright, 22 November 2022—
.
.
.BERJALAN melewati Kota Barat yang berkabut, Rok Soo mulai memikirkan langkah selanjutnya ketika ia mengingat perjalanannya dengan Cale ke Ibukota. Meskipun pengembangan cerita sedikit berbeda dari novel aslinya namun, hal itu tak menghalangi rencananya apalagi membuatnya menyerah untuk mendapatkan keuntungan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.
“Tuan, Anda datang sedikit lebih siang hari ini.”
“Ya,” Rok Soo hanya bergumam saat melihat tukang roti terlihat cukup santai berada di sekitarnya setelah melihatnya beberapa kali. Dengan tenang, ia bertanya pada tukang roti.
“Roti?”
Tukang roti tersenyum ketika menyerahkan sekantong penuh roti pada Rok Soo.
“Tentu saja, saya sudah menyiapkan semuanya. Tapi, apakah hari ini benar-benar hari terakhir?”
“Kenapa? Serakah untuk mendapatkan lebih banyak uang?”
“Ya, tentu saja.”
Rok Soo tersenyum, ia menyukai jawaban jujur seperti ini. Menepuk pundak tukang roti yang semakin santai di sekitarnya, ia pun berjalan menuju ke daerah kumuh.
“Aku akan kembali ketika aku ingin memakannya lagi.”
Tukang roti dengan penuh kerinduan menyaksikan Rok Soo menghilang ke dalam kabut dan kemudian mulai berdoa. Berdoa agar pria berambut raven itu kembali dan menghabiskan banyak uang.
Rok Soo secara alami tidak tahu tentang doa tukang roti saat ia berjalan ke daerah kumuh. Ia kemudian melihat dua saudara kandung menunggunya.
Apakah anak-anak ini tidak punya rumah?
Rok Soo datang lebih terlambat dari biasanya karena suatu hal (tanpa dijelaskan pun pasti sudah menebak apa hal tersebut) Namun, dua saudara kandung itu terlihat meringkuk bersama, seolah-olah mereka telah menunggunya di puncak bukit sepanjang malam. Adik laki-laki tampak bersandar ke pelukan kakak perempuannya.
Kakak beradik itu diam-diam menatap Rok Soo. Rambut dan pakaian mereka tampak lembap, mungkin karena mereka tinggal di sini sepanjang pagi yang berkabut.
Tentu saja, Rok Soo pura-pura tidak memperhatikan.
“Ini, ambillah.”
Anak laki-laki itu mengambil kedua bagian mereka dari Rok Soo. Ia menunggu sampai bocah itu mengambilnya sebelum berbalik dan menuju ke pohon pemakan manusia.
“Aku senang karena hari ini berkabut.”
Kabut membuatnya sulit untuk melihat. Karena bukit ini adalah titik tertinggi di Kota Barat, selain tanah milik Count, kabutnya bahkan lebih tebal di sini. Tidak ada orang lain yang dapat melihat apa yang dilakukan Rok Soo atau yang lebih penting, apa yang akan diterimanya nanti dari pohon.
—Lebih banyak, beri aku lebih banyak. Kumohon!
Rok Soo menuangkan sekantong roti ke dalam lubang sambil mendengarkan suara menakutkan dari jiwa yang dipenuhi dendam seperti biasa. Kegelapan yang menyelimuti perlahan berubah dari abu-abu menjadi putih. Ia mulai tersenyum, berpikir bahwa semua usahanya tidak sia-sia. Itu, pada saat itu.
—Lagi, lagi, lagi!
Apa?
Rok Soo tersentak dan melangkah mundur dari suara yang sekarang berubah menjadi jeritan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wherever You Are
FanfictionSeiring berjalannya waktu, semua kebaikan yang ada di hatinya mulai terkikis saat rahasia mengerikan yang tersembunyi dalam sebuah novel fantasi terungkap. Meninggalkan perasaan pahit akan dendam masa lalu yang menuntut pada pembalasan yang pernah t...