080.

464 54 19
                                    

WHEREVER YOU ARE || 080

—copyright, 09 Juni 2024

.
.
.

WAKTU berlalu begitu saja tanpa terasa, hiruk-pikuk kehidupan yang terkadang membosankan dan menyenangkan datang secara bergantian. Di wilayah Barat, Cale masihlah seorang anak yang ceria, penuh semangat dan memiliki keingintahuan tinggi. Rasa penasaran akan sesuatu hal terkadang membuat Rok Soo selaku guru tutor kewalahan. Bocah cantik itu terlalu aktif sehingga tak heran jika Rok Soo akan merasa sedikit lelah. Meski begitu, Rok Soo sama sekali tidak berniat untuk mengeluh.

Dua tahun telah berlalu sejak Rok Soo resmi menjadi guru tutor Cale. Anak laki-laki berambut merah itu sekarang sudah tumbuh sedikit lebih tinggi. Badannya yang semula hanya sebatas pinggang Rok Soo kini menjulang sepantaran dada. Meski masih tergolong pendek namun nyatanya, Cale tumbuh dengan sangat baik.

Tubuh yang awalnya kurus itu nampak berisi, dengan pipi tembam serta gumpalan daging yang terasa gemuk di kedua lengan dan paha, dapat dipastikan jika selama dua tahun Cale berada di bawah pengawasan Rok Soo, bocah cantik itu telah digemukkan secara signifikan.

Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun sama. Rok Soo yang kini berada di tahun terakhir sekolah menengah dan sedang dalam persiapan masuk perguruan tinggi pun tengah mengajar Filsafat kepada Cale yang nampak malas-malasan.

“Rok Soo~” Suara rengekan pelan terdengar dari Cale yang merebahkan kepalanya di meja.

Entah sejak kapan, Cale sudah tidak lagi memanggil Rok Soo Kakak. Katanya, memanggil Rok Soo langsung dengan nama tanpa embel-embel Kakak itu pertanda bahwa keduanya dekat. Dekat dalam artian keduanya bukanlah saudara dan istimewa daripada teman. Tidak ada yang khusus, Cale hanya berpikir bahwa ia dan Rok Soo adalah sahabat yang sangat dekat melebihi nadi jadi, Rok Soo yang mengharapkan sesuatu yang lebih hanya bisa setuju meski sedikit kecewa.

“Rok Soo~” Cale merengek lagi. “Aku bosan,” keluhnya manja.

Rok Soo yang sejak tadi tahu bahwa Cale sedang merayu pura-pura tak dengar. Ia hanya melanjutkan acara mengajarnya tanpa sedikit pun melihat ke arah Cale yang saat ini sedang menunjukkan tatapan mata anak anjingnya.

“Selanjutnya, mari kita lanjut bagian filosofi—” kata-kata Rok Soo terhenti ketika Cale beranjak dari duduknya dan menghampirinya, memegang ujung bajunya dengan ibu jari dan telunjuknya sebelum menggoyangkannya ke kiri dan kanan.

“Apa Rok Soo masih marah?” Cale mencebikkan bibir bawahnya, kedua matanya sudah memerah dan ia tampak seperti akan menangis jika Rok Soo tak menjawabnya dan terus mendiamkannya.

Memang, sejak tadi Rok Soo tidak mengatakan apapun pada Cale selain membahas pelajaran. Semua pertanyaan dan perkataan Cale yang mengajaknya mengobrol tak sekalipun Rok Soo hiraukan. Pemuda itu hanya melengos dan menganggap semua hal yang dilakukan Cale hanyalah angin lalu. Bahkan, pemuda itu sama sekali tak tergoyahkan ketika Cale bertingkah seperti bayi yang mana, biasanya Rok Soo akan luluh detik itu juga! Tetapi, sepertinya itu tidak berlaku untuk hari ini. Itulah kenapa Cale sekarang merasa cemas dan takut. Takut jika Rok Soo benar-benar marah dan tak mau lagi berbicara atau berteman dengannya.

“Rok Soo...”

Air mata sudah menggenang di pelupuk Cale, siap untuk membangun sungai di pipi gemuk Cale.

Rok Soo yang melihat itu menghela napas, meletakkan buku Filsafatnya lalu mengangkat Cale untuk ia letakkan di pangkuannya.

“Jangan marah...” Cale mulai terisak, mengalungkan kedua tangannya di leher Rok Soo sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pemuda itu.

Wherever You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang