Hanya karena satu ucapan kecil yang dilakukan secara terus menerus, kini menimbulkan dendam yang tidak berujung-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Binar! Lo habis dari mana, woi!"
Binar, pria dengan tinggi 1,88 meter dan kacamata yang setia bertengger di batang hidungnya itu menoleh seketika. Map cokelat besar yang berada di tangan ia genggam erat, sama halnya dengan sebelah tangan lagi yang baru saja hendak membuka pintu ruangan konsultasinya.
Antoni, kadang Binar berpikir, tidakkah untuk pria seusianya Antoni terlalu heboh sekali? Apakah sahabatnya itu melupakan usia yang tidak lagi muda, tetapi memilih untuk hidup sebagai orang dewasa awal yang berusia dua puluhan?
"Binar!"
"Apaan, Ton?" tanya Binar risih, langsung saja menepis tangan lebar yang mencengkeram bahu. Binar membenarkan kemeja soft blue, dengan tangkas ia meraih jas putih yang bergantung di belakang pintu lalu mengenakannya. "Lo kenapa lari-lari sampai kayak gitu, hm? Ada pasien gawat darurat?"
"Jangan tanya, itu makanan gue sehari-hari." Antoni melambaikan sebelah tangan, sesekali merunduk, mengatur napasnya susah payah. "Atasan nyari lo. Gue kira lo belum datang."
Binar tertawa pelan, setengah meleuarkan selembar kertas dari amplop besar cokelat yang tadi di genggamannya. "Tenang aja. Gue udah izin. Bukannya gue udah janji, nggak bakal merepotkan lo lagi?"
"Oke, tenang. Lo yang pernah bermasalah, gue yang trauma kayaknya," gerutu Antoni, menggeser kursi plastik yang berada di hadapan meja Binar, sembari menautkan alis. "Hasil pemeriksaan, Bintang?"
"Ya." Binar menelan ludah, raut wajah yang selalu tampak tenang itu sekilas seakan menahan suatu reaksi tidak menyenangkan di sana. Sadar Antoni tidak akan pergi dari ruangan sebelum ia bercerita, Binar tersenyum samar. "Kayaknya sebentar lagi gue bakal dapat hasil pemeriksaan lagi dari lo."
Antoni mengangguk, membenarkan. "Jadi, lo minta tolong Selvi? Temannya Delvina?"
"Ya," gumam Binar, nyaris tidak bersuara, lalu kembali meletakkan hasil ke amplop. "Untuk kasus yang dihadapi Bintang, gue percaya ke dia."
"Lagi-lagi." Antoni mengacak rambut dengan gusar, menyadari betapa minimnya udara di ruangan Binar, secepat mungkin ia membuka jendela dengan lebar, lalu kembali menyeret kursi dengan cepat. "Lo tau aturan tidak tertulis dalam profesi kita? Perlu lo tau, Ri. Aturan itu dibuat untuk menyelamatkan diri lo sendiri begitu juga orang yang lo tangani. Meskipun lo merasa bertanggung jawab, bersalah, atau semacamnya, jangan pernah lo langgar sekalipun aturan itu."
"Hubungan gue sama Bintang masih jauh, Ton." Binar yang tertunduk lemas, mengangkat kepala. "Gue pamannya, dia keponakan gue."
"Tetap saja, kan?" Antoni tersenyum sinis, membuang wajah. "Berhenti menyangkal semuanya, Ri. Kenyataan yang sesungguhnya, emosi lo, hubungan keluarga besar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...