2.7 | MISI TERAKHIR BINTANG

89 7 6
                                    

Jika ada yang perlu dikumpulkan di dunia ini, kupikir itu adalah niat hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika ada yang perlu dikumpulkan di dunia ini, kupikir itu adalah niat hidup. Tidak perlu alasan besar, melainkan hal-hal kecil dan sederhana yang mampu membuat seseorang bertahan.

-Next Time, Find Me in Our World-

...


Sebulan kemudian, barulah Bintang dapat keluar dari ruang berbau obat-obatan, entah berapa banyak titik bekas suntikan yang ditancapkan pada saat itu, tetapi yang pasti baginya suatu keajaiban saat diperbolehkan pulang. Bintang tidak tahu apa yang menjadi alasan keinginannya dituruti begitu saja, meskipun dapat ia lihat ekspresi Binar yang seakan mencoba menyangkal segalanya di balik diam.

Bahagia yang ditujukan hanya pura-pura, padahal sudah jelas bola mata di balik alat bantu penglihatannya itu menyimpan kesedihan. Hingga kendaraan roda empat berhenti, mau tak mau membuat Bintang yang membaca ekspresi wajah itu langsung mengalihkan pandangan.

Binar memperhatikan kondisi anaknya itu sejenak. Bintang yang begitu pucat, anak laki-lakinya itu untuk melakukan beberapa hal dasar saja tampak kepayahan. Menghirup oksigen dan mengeluarkannya dengan susah payah, suara yang biasa kerap kali protes apabila Binar seringkali menjaili kini terdengar hemat sekali.

Bintang tersenyum tipis, memperhatikan pemandangan di hadapannya. Suara deburan ombak yang jelas terdemgar, begitu juga dengan langit dan laut yang menyuguhkan warna birunya.

Binar meraih jaket dari bangku belakang, lalu membentangkannya ke punggung Bintang. Ia membenarkan letak topi yang menutupi kepala anaknya, lalu memastikan anaknya itu tetap terlindungi.

"Mau turun, Yah," ucap Bintang terbata. "Udah nggak terik."

"Tunggu." Binar turun dari kendaraan, dibukanya pintu seberang, lalu merunduk, menyodorkan punggungnya ke hadapan Bintang. "Naik ke punggung Ayah. Hup!"

Bintang tertawa pelan. Binar mulai berjalan perlahan menyusuri bibir pantai. "Ayah kira kamu berat, ternyata sama saja seperti pertama kali kamu lahir."

"Bohong." Bintang mendengkus, kedua tangannya terulur begitu saja di hadapan, sembari bersandar di punggung lebar itu. "Dulu dalam hitungan gram, sekarang tidak."

Deburan ombak terdengar memenuhi pantai, angin yang bertiup tenang membuat ujung rambut Binar, sementara Bintang menahan diri untuk tidak memejamkan mata begitu dikuasai kantuk yang teramat sangat.

"Yah, aku mau bicara."

Tubuh Binar mendingin seketika, tetapi langkah kaki itu berusaha berjalan, lalu mengangguk pelan. Binar tersenyum, setengah harapan tenggorokannya tidak tercekat. "Berbicara saja Bintang. Ayah dengarkan."

"Aku selalu bermimpi apa yang kuinginkan di dunia selanjutnya nanti." Bintang tersenyum samar. "Kalau aku diberi kesempatan, aku ingin menjadi orang seperti Ayah. Seseorang yang menolong orang lain, tetapi tanpa mengabaikan diri sendiri. Aku ingin kita berkumpul bersama, tetapi kali ini dengan Bunda. Kita bertiga berada dalam rumah yang sama."

Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang