Jika dipikir lagi sebenarnya ia tidak ingin melakukan, tetapi nahas, kabut gelap mengaburkan segalanya. Perlu adanya sinar matahari dan juga angin segar untuk menghilangkannya
-Next Time, Find Me in Our World-
...
Bintang tidak mengerti, apalagi jika itu berkaitan dengan diri sendiri. Contohnya hal kecil yang terjadi di pagi ini. Beberapa hari sebelumnya, tubuhnya ingin mengingkari permintaan tolong Oliver, tetapi saat hari tiba mengapa malah seperti ini?
"Mood Eve benar-benar buruk. Niat gue baik padahal."
Kendaraan beroda empat melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalan raya. Beda halnya dengan Oliver yang tampak bingung dan cemas sembari memegang kemudi, sementara Bintang? Cowok dengan jaket biru yang menyelimuti kemeja hitamnya itu hanya diam, mengedarkan pandangan ke arah kaca jendela.
"Lo tahu? Eve itu manusia yang punya tingkat ketelitian jauh lebih tinggi. Ah, perfeksionis juga, selalu nerapin standar tinggi, meskipun pada akhirnya dia sering kelabakan sendiri dengan targetnya." Entah berapa Oliver terus membicarakan sahabatnya itu, sampai-sampai sebuah album dari penyanyi era dua ribuan berhenti berputar. "Saat dia kacau gitu, biasanya gue bisa nangani dia, elah! Kenapa kali ini kagak?"
Tak ada jawaban dari Bintang, membiarkan Oliver mengoceh sendirian.
"Bisa-bisanya kehilangan uang kas--bahkan gue nggak ingat kapan dia nitipin ke gue--, terus beberapa pertanyaan dari gue sama sekali nggak ada nyambungnya dia jawab, dan see? Kenapa dia tiba-tiba murung, hm? Cerita nggak, gue ajak jalan juga nggak mau, biasanya itu manusia nggak pernah mau kelewatan apalagi ke puncak. Ya, meskipun pada akhirnya gue pengin benamin wajah karena dia keseringan teriak buat luapin emosinya, tapi no problem. Gue senang, bisa membantu dia sedikit saja."
"Dasar aneh," gumam Bintang, di balik salah satu kepalan tangan yang menumpu sebalah bagian wajah. Bintang melirik. "Eve beneran pacar lo?"
"Kenapa?" Oliver membalas erlingan, lalu menyengir. "Kelihatannya nggak kayak gitu, ya?"
Bintang bergumam sebagai pertanda iya. "Dia lebih pantas jadi nyokap lo daripada pacar. Gue pikir jadi ibu kos juga cocok, penghuni kosnya anak-anak kelas kita."
"Eve pacar gue, etdah. Dia memang gitu, sulit buat utarakan bahkan jujur sama perasaannya. Kadang gue nggak ngerti, kenapa orang-orang lebih memilih menyembunyikan emosinya. Senang? Bahagia? Sedih? Marah? Selagi dalam porsi wajar, gue yakin nggak ada masalah, malah itu bagus buat jadi batasan diri, apalagi saat senang atau bahagia, bisa menularkannya ke orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Ficção AdolescenteMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...