Bagaimana bisa hal yang dulu mudah untuk dilupakan, kini kerap kali muncul di masa yang akan datang?
-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Kamu kenapa nangis?"
Pertanyaan polos dari seorang anak laki-laki empat tahun terdengar. Tak lama sebuah telapak tangan kecilnya mendarat pada kepala seorang gadis yang berusia sebaya, berhasil membuat gadis kecil yang tadinya duduk meringkuk di depan gerbang pemakaman kini mengangkat kepala.
Dress merah muda dengan motif bunga, lalu diselimutkan sweater putih rajutan. Anak laki-laki itu terus menatap sembari mengelus rambut gadis kecil itu dengan hangat.
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Mama," gumam gadis kecil itu pelan, memperhatikan anak laki-laki dengan kemeja hitam dan celana cokelat muda. Sama seperti dua orang dewasa yang setengah jam lalu masuk ke area pemakaman, mengunjungi tempat peristirahatan terakhir milik seseorang.
"Hm?" Anak laki-laki itu bergumam, lalu ikut berjongkok, bersandar di dinding pagar. "Kenapa mama kamu?"
"Hilang," lontar gadis kecil itu begitu saja, mengusap mata dengan cepat saat cairan bening kembali memenuhi kantung matanya. Rambut dengan panjang sebahu juga berantakkan ketika tertiup angin senja. "Aku disuruh tunggu ke sini, tapi kenapa nggak datang lagi?"
"Aku temani." Anak laki-laki itu tersenyum lembut, mengangguk. "Sampai mama kamu datang lagi."
Tidak, pada akhirnya kalimat itu hanya menjadi sekedar hiburan sementara. Tidak ada yang datang, hingga kedua pria paruh baya keluar, seseorang dengan kacamata dan wajah yang sembab, sementara satu lagi? Seorang pria dengan postur tinggi, beraut wajah tegas, samar-samar tersenyum sinis.
"Papa!" panggil anak laki-laki itu girang, lalu bangkit, secepat mungkin menggenggam tangan lebar milik pria dengan postur tubuh yang jauh lebih tinggi dibanding pria berkacamata itu. "Ntang, ketemu teman baru."
"Bin--"
"Jangan pernah memanggil namanya lagi, Binar." Pria paruh baya itu menggenggam tangan anaknya dengan erat, berhasil membuat anak laki-laki itu mengernyitkan dahi dengan heran, menatap pria berkacamata yang tertunduk. "Itu siapa, Pa? Teman Papa?"
"Bukan siapa-siapa. Ayo, kita pulang." Langsung saja pria itu membalikkan badan, setengah menyeret Bintang yang tidak kunjung jalan akibat sibuk memperhatikan belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...