Jika saja dendam dapat dihancurkan seperti ketika seseorang mengepalkan tangan, tentu akan lenyap dengan cepat
-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Menurut kamu, di sepuluh tahun yang akan datang, apa saja yang terjadi dalam hidup kita? Apa ada banyak hal menyenangkan? atau mungkin ... tidak! Pokoknya harus ada banyak hal menyenangkan!"
Baru setengah jam lalu pintu ruangan putih tertutup. Binar, pemilik punggung tegap itu setengah membanting tubuh ke kursi putar hitamnya sembari melepaskan kacamata yang bertengger di batang hidungnya, lalu memijit pelipisnya perlahan.
Ah, padahal sudah berapa tahun, tetapi mengapa ia baru saja menyadari betapa melelahkannya menyelesaikan masalah dan keluhan dari pasien?
Tenaga yang memiliki kapasitas terbatas sedari dulu, kini terserap begitu saja tanpa sisa. Ya, hanya menyisakan rasa lemas dan percayalah, seperti ponsel yang baru saja usai dicas. Ia perlu memenuhi batre di dalam tubuhnya ini.
Delvina ....
Dengan kepala setengah tertunduk, bola mata bundar itu memperhatikan foto seorang gadis di sana. Jika saja tidak pergi, pasti Binar yakini di hari ini akan ada perayaan sederhana.
Seseorang yang bersemangat, apalagi saat menatap cake pesanannya. Mata gadis itu akan berbinar lalu meniup lilin berbentuk angka dengan semangat seolah melupakan usia yang jelas tidak lagi remaja.
Tanpa disadari, Binar tersenyum samar, memperhatikan foto Delvina dengan bando krim yang menghiasi potongan rambut sepinggangnya. Latar belakang dari sebuah toko bunga kesukaan, sembari memeluk buket bunga favoritnya.
Krisantum.
Setengah menelan ludah, Binar kembali mengingatnya. Bunga yang memiliki arti kontras dengan senyuman gadis itu, tetapi bukankah Delvina terlalu unik? Gadisnya itu ... ah, tidak. Istrinya itu ... di balik kehidupannya yang terlihat cerah menyimpan sebuah ketertarikan pada hal kelam dan berbau kesedihan.
Menyebalkan. Bahkan awal perempuan itu tertarik pada Binar karena ....
"Ri, lo masih ada pasien? Gue mau ajak lo makan si--"
Pintu terbuka tiba-tiba, menampilkan Antoni yang menggulung lengan kemeja biru dongkernya hingga ke siku. Mata bulat lelaki itu mengerjap, lalu mengangguk paham saat melihat sosok sahabatnya itu seakan tidak sadar akan kedatangannya dan terus memperhatikan objek pada salah satu foto di sana.
"Ini orang nyawanya pasti lagi travelling ke mana-mana," gerutu Antoni, langsung menepuk bahu Binar dengan kuat.
Binar tersentak, kontan menoleh ke belakang. "Ton? Ngapain lo ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...