1.6 | PEMBICARAAN MENDALAM

79 6 4
                                    

Berbicara, mendengar, menyakiti, disakiti, memberi kebahagiaan, merasa bahagia, sakit, sedih, kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbicara, mendengar, menyakiti, disakiti, memberi kebahagiaan, merasa bahagia, sakit, sedih, kehilangan. Berbagai rasa yang membuat kita mengerti seni kehidupan

-Next Tim, Find Me in Our World-

...

"Maaf. Tidak seharusnya aku berbicara seperti itu tadi, bahkan--"

"Makan dulu, Bintang. Nanti kita bicarakan," peringat Binar, lalu kembali menunduk, menyesap kuah sop ikannya begitu juga Bintang.

Entah berapa kali kata maaf dilontarkan Bintang sepulang sekolah tadi. Mulai dari ucapan, bentakan yang sulit untuk dikendalikan, bahkan maaf akibat keduanya terpaksa terjebak dalam kemacetan dan berakhir sampai ke rumah pukul delapan malam.

Ruangan rumah yang hening, tanpa ada pembicaraan meskipun sesekali terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Sambil mengunyah makanan, diam-diam Binar melirik Bintang di hadapan. Ah, terlihat kacau bukan?

Layaknya atap yang bocor, seperti itu umpama yang Binar gunakan saat ini. Bintang yang kesulitan meluapkan emosi, pada akhirnya emosi itu akan sulit dihentikan saat berhasil mengeluarkan. Kesedihan yang diabaikan pemilik tubuh itu begitu saja, akhirnya memberontak, tidak dapat ditahan.

"Mau air hangat lagi?" tawar Binar yang mengusaikan makan malam, lalu menuangkan air ke gelas Bintang. "Bagaimana kondisi tubuh kamu?"

"Mataku berat," ucap Bintang jujur setelah usai meneguk minuman lalu menyeka mulut. Mata bundar itu masih terlihat sembab dan sesekali berair meskipun sudah menyekanya. "Begitu juga dengan kepala. Padahal aku tidak melakukannya dalam waktu yang lama, tapi kenapa sulit dihentikan? Ini menyebalkan."

"Setidaknya ini jauh lebih baik, dibanding menyakiti diri sendiri," ucap Binar dengan tenang, menyusun mangkuk dan piring kotor lalu mengantarnya ke westafel.

Bintang meletakkan dua gelas. "Biar aku yang mencucinya."

"Berhentilah." Binar menjauh dari tangan Bintang, lalu setengah menepis dengan siku, sembari membuka keran air. "Tidak akan Om izikan, kalau niatmu masih untuk membayar karena telah tinggal di rumah ini."

Bintang mengembus napas gusar, setengah menatap tidak percaya seolah meragukan apakah benar-benar ada manusia sepolos pria paruh baya ini? Manusia mana yang mau dimanfaatkan? Bahkan dirugikan karena si penumpang rumah tidak dapat memberi keuntungan apa-apa?

"Setidaknya, beri aku tanggung jawab," ucap Bintang.

"Sudah Om berikan." Binar menatap tajam, lalu mengeringkan gelas dan priing dengan lap. "Tolong jaga dirimu sendiri, sayangi."

Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang