Dibandingkan dan menjadi bahan perbandingan. Bagaimana bisa ada orang yang menganggapnya sebagai bahan penyemangat?
-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Nilai seperti ini tidak ada gunanya!"
Binar yang berusia lima belas tahun itu mengurungkan niat untuk memberi salam begitu mendengar suara benturan barang di ruang tengah, tidak hanya meja yang dipukul kuat dan kertas ujian yang berterbangan begitu saja, bentakan sudah jelas terdengar, ditujukan untuk abangnya. Ryan.
Binar menelan ludah, bersembunyi di balik dinding pembatas ruangan.
"Tertinggi? Yang benar saja."
Diam-diam Binar melirik selembar kertas yang tak jauh berada darinya, ulangan tengah semester yang menunjukkan angka delapan puluh. Ah, tentu saja, lambang seragam putih abu yang dikenakan abangnya itu jelas berbeda dari miliknya.
Binar akui, di Chandra Utama nilai tersebut dikategorikan rendah, tetapi ingin rasanya akal sehat Binar memberontak. Bukankah yang terpenting adalah usahanya?
"Lihat adik kamu?" Pria paruh baya yang diketahui Papa dari Binar itu membulatkan mata, sesekali menekan jari telunjuk ke meja. Sementara Ryan? Posisinya yang sebagai anak pertama itu hanya dapat menunduk, menahan kedua tangan yang terkepal, menggertak gigi dengan geram.
"Harusnya kamu malu, Ryan! Kamu yang harusnya menjadi bahan contohan! Bukan dia yang memberikan contoh untuk kamu!"
____
"Ri? Lo aman? Gue dengar dari anak-anak apotek di bawah, lo barusan ...." Langsung saja Antoni membuka pintu ruangan Binar, ucapannya terhenti seketika lalu disusuli dengen gelengan begitu melihat sahabatnya itu sekarang. Bagaimana bisa tetap bekerja seperti biasa, meskipun sudah dipastikan selang infus tertancap di punggung tangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...