Saat hari itu hadir, aku tidak ingin ada penyesalan di dunia ini. Siapa pun, tidak seorang pun berhak terkurung dalam perasaan bersalah yang tiada berujung-Next Time, Find Me in Our World-
...
Terang, Bintang berani bertaruh tidak pernah ia melihat tempat secerah ini. Mata bundar itu perlahan terbuka, dahinya mengernyit heran begitu mendapati sekelilingnya. Kosong. Tidak ada perabotan atau pemandangan alam apa pun di sini, seperti berada di kotak yang bercat putih, hanya saja bukannya menimbulkan ketakutan malah menimbulkan perasaan lapang untuknya.
Kesedihan berlebihan yang kadang sulit baginya untuk mengendalikan. Ketakutan akan bayangan beberapa tahun silam yang senantiasa didapatkan ia ketika bersama Papa. Apalagi rasa marah yang mendalam hingga menimbulkan dendam ... semuanya lari ke mana?
Suara balok kayu jatuh terdengar. Sontak, Bintang menoleh belakang, anak kecil berusia empat tahun kini turut menatapnya tanpa berkedip, baju yang dikenakan senada dengan kemeja yang Bintang kenakan saat ini, putih, seakan tidak ada warna lain lagi selain balok yang dimainkan anak kecil itu.
Penasaran, Bintang tersenyum lembut, berjalan mendekat.
"Abang mau main sama Ntang?" tanya anak kecil itu menyodorkan balok berbentuk segitiga kepada Bintang. "Nanti Abang letak pas terakhir, ya. Ntang buat bangunannya dulu."
"Ntang," gumam Bintang, menatap sayu. Panggilan itu, bukankah ia gunakan saat kecil dulu? Lagipula ruangan tanpa waktu ini ... sebenarnya ia ada di mana? Mimpikah? Atau bagaimana?
Tidak. Melihat sosok kecil di hadapannya ini, membuat Bintang kelabakan sendiri, rasa sesak yang membuncah, apalagi saat anak laki-laki itu mengusap matanya yang gatal, dapat Bintang lihat luka goresan tertera di sana. Tidak hanya di pipi, tapi pada lengan tangannya juga ....
"Sudah hampir selesai." Anak kecil itu menyengir, matanya ikut tersenyum saat kedua bibir itu tersungging. "Nah, sekarang abang boleh letak atap ... Abang kenapa nangis? Ntang nyakitin Abang? Ucapan Bintang salah? Ntang belum bisa jadi anak baik, ya?"
"Bukan." Bintang menunduk, suara isakan samar-samar terdengar, semakin ia berusaha menyeka sudut mata maka semakin banyak pula cairan bening yang tumpah mengalir dari pipinya, ia memeluk anak kecil itu dengan erat. "Maaf."
"Kalau bukan, kenapa Abang malah--"
"Bintang, biarkan dia dulu, ya." Kini suara lembut milik seseorang terdengar. Anak kecil dengan kemeja putih mengangguk pelan, saat wanita berusia dua tahunan akhir dengan drees dan flower crown putih itu mendekat, saat itu pula sosok anak kecil yang perlahan di pelukan Bintang menudar, digantikan butiran cahaya kecil yang bersinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...