Apa yang ditabur, itu yang dituai. Namun, apakah pepatah tersebut berlaku di setiap situasi?
-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Sudah gue bilang, Chandra Utama menyenangkan bukan?"
Angin siang berembus pelan, menembus pori, dan memggerakkan ujung rambut dari ketiga orang yang sedang duduk di bangku koridor, memperhatikan lapangan basket yang terik. Namun, tetap dipenuhi pemain.
"Selamat masuk ke kandang singa."
"Sekali masuk, bakal susah untuk keluar dengan nama yang baik."
"Bagi orang di luar sana mengira, sekolah ini tempat ajang prestasi, di mana harus pinter dalam bidang akademik, atau soft skill khusus yang dimiliki. Lo salah besar, Tang."
Entah berapa banyak rutukan yang keluar dari mulut Oliver. Nada bicara yang santai, tetapi dari sorot matanya jelas menyimpan kekesalan akibat insiden tadi pagi.
"Kedua hal itu udah biasa buat siswa di sekolah ini. Yang menjadi tidak biasa adalah pengelolaan emosi, sedikit aja terdengar masalah yang tidak diselesaikan dengan baik, maka bisa panjang urusannya. Siao, bisa-bisanya gue termakan pancingan lo. Brengsek lo, Tang."
"Beruntung lo ketemu gue, kalau orang lain bisa habis lo," ucap Oliver yang duduk di samping kanan Bintang sementara Eve yang mengunyah cemilan, duduk di sisi kiri. "Karena menjaga citra diri di dalam sekolah, maka nggak jarang ada yang membawa masalah sampai keluar sekolah. Ancaman yang dilakukan diam-diam, perundungan, bahkan sampai ada yang ... sudahlah, tidak usah dibahas. Teman sebangku gue waktu kelas dua pulang-pulang tinggal nama gara-gara berusaha ungkapkan perbuatan senior yang curang, tapi nasib nggak baik gitu, dah."
"Cahaya yang tampak terang, biasanya menyimpan kegelapan pekat di dalamnya," sambung Eve, memperingati. "Persis kayak nama lo. Bintang. Asal lo tahu, gue sama Oliver rada stress waktu jabat bagian penting OSIS. Ada aja kasusnya. Emang, ya, manusia kalau makin ditekan kadang makin muncul setannya."
"Insting bertahan hidup," gumam Bintang menunduk, memperhatikan kedua orang itu satu per satu. "Lo berdua perlu penjelasan lagi?"
Eve menggeleng. "Jangan lo lakukan lagi, Tang. Lo ingin menemukan ketenangan, tetapi dengan menjalankan dendam, tapi apa lo lupa? Gue sama Oliver juga mau hidup damai, tenang, sama kayak lo. Kita mau nikmatin sekolah ini sebelum kelulusan nanti."
"Gue sedikit terkejut kalau bokap kita sama. Ah, tidak. Dididik dengan orang yang sama, hanya saja berbeda hasilnya." Oliver mengancungkan dua lembar foto yang diberikan Bintang, lalu mengembalikannya ke pemilik semula. "Bokap gue ... wah! Gue pengen marah, serius. Gue nggak mau jadi Oliver yang kayak gini, tapi ... ck!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...