Saat bintang-bintang bersinar hadir, saat itu mendung menyelimuti. Semuanya hilang, tidak tampak, dan hanya meninggalkan kilatan petir yang ada.
-Next Time, Find Me in Our World-
...
Mendung di malam hari dan hujan. Secepat mungkin Bintang menutup jendela kamar yang tadi terbuka lebar, lalu kembali duduk di kursi belajar. Ia menopang kepala dengan sebelah tangan, menyimak baik-baik suara rintikan hujan yang mulai semakin deras.
"Dingin," gumamnya, kembali membuka buku pelajaran dan berusaha memusatkan konsentrasinya di sana. Namun nyatanya? Nihil. Pikirannya yang terlalu berisik bahkan suara derasan hujan tidak mampu menandingi.
"Chandra Utama bukan sekolah yang bisa nerima sembarang orang. Nggak cuma prestasi akademik, murid-murid juga dituntut buat--"
"Berisik," gumam Bintang, mengacak puncak kepalanya dengan gusar, lalu terdiam sesaat begitu helaian rambut tertinggal di sela jarinya begitu saja, cukup banyak dibanding kerontokkan biasa yang dialaminya.
Tak ingin memikirkan lebih dalam, langsung saja ia mengibas tangan, membersihkan meja belajar, lalu merenggangkan tangan, memperhatikan pemandangan dari luar jendela.
Gelisah. Memang rasa tidak nyaman ini masih jauh lebih baik dibanding ia rasakan beberapa bulan yang lalu. Jika dulu ia senantiasa harus menghadapi beragam hal di luar kendali diri, bukankah jauh lebih mudah menghadapi masalah di Chandra Utama? Hanya perlu belajar, mengasah otak, dan mengekplorasi diri. Masih termasuk di dalam kendali dirinya bukan?
"Bintang, Om boleh masuk?"
Ketukan pintu terdengar, sebenarnya tanpa menjawab pun Bintang sudah menebak apa yang terjadi selanjutnya. Ya, pintu akan tetap terbuka dan menampilkan pria paruh baya dengan kacamata yang senantiasa bertengger di batang hidungnya.
"Bagaimana kondisi hari i ...." Ucapan terhenti seketika. Pria itu tertunduk sejenak, lalu memperhatikan beberapa helai rambut yang tertempel di telapak kakinya, menoleh ke arah Bintang.
"Aku baik-baik saja, belakangan ini memang sedikit mual, tapi aku bisa menahannya," ucap Bintang, tidak berani menoleh. Bola mata bundar itu mencoba fokus pada tulisan di buku, meskipun sadar bahwa pria itu terus menatapnya tanpa beralih sedikit pun. "Apa ada pekerjaan di rumah yang harus kukerjakan? Cucian? Atau mungkin membersihkan gudang? Om bisa bilang, akan aku lakukan."
Nihil, hanya suara napas gusar yang Bintang yakini sebagai jawaban. Penasaran, akhirnya Bintang mengangkat kepala, tidak berkutik ketika bola mata di balik alat bantu penglihatan itu terus menatapnya dalam.
"Dalam kondisi seperti ini, apa kamu yakin baik-baik saja?" Binar bertanya balik. "Kamu terus menahan diri padahal tidak ada yang meminta, untuk apa? Kamu bukan beban, Bintang. Tolong pahami itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...