Sialnya, saat dunia kita berhenti, waktu terus berjalan tanpa peduli.
-Next Time, Find Me in Our World-
...
"Tang! Lo kagak masuk dua minggu bisa encer otaknya gimana, woi! Coba kalau gue yang kagak masuk, sehari aja, udah ambyar ini semua pelajaran!"
Seperti biasa, suara Oliver memenuhi setiap sudut ruangan. Tidak peduli di mana saja, selagi tidak sendirian, cowok itu pasti akan berbicara dengan ekspresi yang tercetak jelas, tanpa membuat orang lain berpikir dua kali untuk menebak. Antusias, kagum, kesal, terkejut.
Bintang dengan raut wajah yang masih kelelahan itu melirik tajam, menghentikan kegiatannya untuk menjelaskan materi pelajaran dari catatan yang telah disalin Eve.
"Bisa-bisanya kita jadi belajar, padahal tujuan awalnya cuma buat jenguk lo," gerutu Eve, melipatkan kedua kaki ke karpet lebar cokelat susu yang tergeletak di ruang tengah. "Kalau memang capek nggak usah dipaksain, Tang. Istirahat aja. Si Oliver biar gue yang urus."
Bintang yang masih menunjuk salah satu soal dengan pena tinta hitam cairnya, mengernyitkan dahi sejenak. Eve yang selalu galak dan menolak kehadirannya kenapa mendadak berubah? Semakin memikirkannya, membuat Bintang risih. "Karena kondisi gue lagi nggak fit bukan berarti gue suka dikasihani, mengerti?"
"Gue nggak kasihan sama lo!" Eve membulatkan mata, mengunyah sisa remahan snack yang tari dibeli, lalu memgecek ponsel. "Jadi, selagi Om lo kerja, lo sendirian?"
"Nggak. Masih ada bayangan gue," jawab Bintang sekenanya, lalu menopang sebelah tangan ke dahi, setengah memijitnya. "Oliver, jawaban nomor lima udah ketemu? Ve, yang nomor enam?"
"A," jawab Eve langsung, menggaris beberapa kata dalam sebaris kalimat. "Lo bisa lihat struktur kalimat yang digunakan dari beberapa kata yang gue coret. Kuncinya ada di bagian tengah dan akhir."
"Ini jawaban nomor tujuh sampai sepuluh, penjelasannya juga udah gue tulis di lembar kerja." Bintang menyodorkan buku lembar kerja, tidak selera. Kini, setengah membaringkan kepala di kedua lipatan tangan yang berada di meja. "Maaf, gue istirahat sebentar."
Oliver mendesis, geram dengan kemampuan diri sendiri. "Lo berdua yang sabar kenapa? Buru-buru amat hidupnya!" kesal Oliver, lalu melingkarkan salah satu huruf. "Penjelasannya ada di halaman 204. Tang, lo makan buruan sana! Udah keburu makin malam. Nggak usah mikirin perut kita-kita. Gue sama Eve lebih doyan camilan soalnya. Ya, nggak, Yang?"
Eve menjentikkan jari dengan semangat. "Pulang ini, temanin gue beli siomay."
Oliver mengangguk, menatap jail. "Jangankan lo, Ve. Abang yang jual aja kalau bisa gue temenin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]
Teen FictionMenurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai menyerah, mendadak saja mengetahui tujuan hidup di saat detik-detik terakhir menghantuinya. Tidak ada tujuan baik yang terlintas, melainkan...