0.8 | DIA YANG NYAMAN AKAN KESENDIRIAN, TETAPI MEMBENCINYA

92 10 8
                                    

Sebenarnya, ada berapa banyak penyesalan hingga ingin memutar waktu dan memperbaiki hal yang jelas fana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya, ada berapa banyak penyesalan hingga ingin memutar waktu dan memperbaiki hal yang jelas fana?

- Next Time, Find Me in Our World-

...

Suara dentingan terdengar lalu disusuli dengan pintu lift yang terbuka dengan cepat. Lantai sembilan. Cukup melihat papan nama yang tertera di dinding cukup membuatnya yakin untuk melangkah keluar dari lift.

Lelah? Entahlah. Binar melepaskan kacamata, setengah memijit pangkal hidung dengan kuat sembari berbelok ke arah kanan, menuju salah satu ruangan. Ruang konsultasi? Atau mungkin menjenguk pasien?

Tidak. Yang jelas ia akan menuju tempat istirahatnya. Sebuah ruangan layaknya kamar di mana ia bisa beristirahat, terlebih lagi saat mendapatkan shift malam.

Binar memejamkan mata, kedua sudut bibir yang biasanya melengkung turun kini terangkat, lalu mengusap wajah berharap dapat menularkan aura positif teruntuk orang di dalam sa ....

"Hantu! Astaga dari mana!"

Binar termundur belakang, refleks ucapannya tak tentu arah saat pintu ruangan terbuka tiba-tiba menampilkan wajah seseorang yang putih. Ya, seperti baru saja direndam oleh tepung dan akan diolah sebentar lagi.

"Gue Antoni, woi! Lo udah berapa lama dah jadi dokter coba! Masih aja takut sama hantu!" gerutu Antoni, merunduk sembari mengibaskan ujung rambut yang tampak di lumuri bedak. "Gila! Gue beneran bisa mandi bedak bayi gara-gara kalah uno sama Bintang!"

Mengingat kembali tujuannya, Binar berdiri di ambang pintu, menoleh ke arah dalam. Tidur. Hanya itu yang ada di pikiran Binar saat melihat kedua mata bundar Bintang tertutup rapat. Wajah itu terlihat tenang seakan begitu menikmati tidur pulasnya.

"Lo harus ekstra awasi dia, Ri." Antoni menyapu wajah, lalu menggeleng pelan. "Mulai dari aktivitas, asupan gizi, dan yang terpenting apa yang ada di pikiran dia berpengaruh besar sama kesehatannya. Dia memang butuh sendiri, tapi gue lihat dia lebih senang kalau ada orang lain di dekat dia."

Tak ada jawbaan dari Binar, pria berkacamata itu hanya tersenyum samar.

"Sejujurnya, gue marah sama lo, Ri." Antoni menyipitkan mata, sekelebat bayang saat tadi ia berada di ruangan laboratorium kembali terlintas. "Tapi, nggak mungkin. Ketika gue membayangkan berada di posisi lo, gue pasti juga butuh waktu lama buat berdamai sama semuanya."

"Nggak seharusnya memang gue mengambil langkah itu." Binar tertawa datar, tanpa suara. "Kadang gue pikir, gue hidup cuma buat nanggung rasa penyesalan. Seandainya begini, seandainya begitu. Andai gue lebih cepat, seandainya gue bisa berpikir jernih saat menghadapi diri sendiri pasti nggak akan seperti ini."

Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang