Sebenarnya, antara terluka atau menderita bosan, mana yang lebih menyakiti bagimu? Oke, ini pertanyaan yang konyol buatmu, kan?
Secara mutlak dan absolut, sembilan dari sepuluh manusia kebanyakan akan menjawab terluka yang lebih menyakitkan daripada kebosanan. Namun, ada satu manusia tidak lazim bernama Elan Adante. Kebetulan ia bukan orang-orang kebanyakan, dan adalah satu dari sepuluh yang berseru lantang, kebosanan paling tak mengenakkan dalam hidupnya. Mungkin, sejak dilahirkan ke dunia pun, ia sudah ditakdirkan menjadi bayi kecil yang membosankan.
Sesudah Nuka menceritakan namanya yang dipelesetkan dari luka, bagaimana sang bunda berpulang 40 hari setelah persalinannya, Elan menceritakan riwayat rahasia yang tak pernah dibukanya pada siapa pun juga, meskipun dejavu mengiringi kisahnya yang tak cukup diringkas satu kalimat saja. Elan sungguh berharap bisa mengutarakannya pendek-pendek, namun ceritanya berkelanjutan hingga keajaiban yang mustahil terjadi sekali lagi.
Mereka tidak ada lagi di komidi putar yang menggila bak gasing keranjingan. Latar taman hiburan lenyap sekejap mata. Gantinya sebuah tempat kumuh yang hampir tak dipercayai Elan maupun Nuka. Ini benar-benar permainan gila - yang namanya saja sudah tak waras - Waktu Yang Berganti. Tahu-tahu saja mereka terdampar di masa kecil Nuka, dikonfirmasi oleh Nuka sendiri, katanya ini masa SD-nya kala ia tengah giat-giatnya membolos sekolah.
Nuka tujuh tahun terluka dipisahkan dari sekolah di Jakarta dan teman-teman lama yang menyayanginya. Sungguh sayang, semua yang serba baru dalam hidupnya justru "oversize" dan akhirnya tak cocok lagi dipakainya. Termasuk sepatu bukan hitam condong abu-abu yang kedodoran satu ukuran, namun cukuplah untuk mempermalukan Nuka yang gengsinya selalu menonjol. Hukuman gurunya yang mengecapnya siswi miskin, soal tunggakan SPP-nya yang ranking satu seantero sekolah, semuanya menjelma luka-luka yang diderita Nuka kelewat dini, dan pelariannya tertambat di pekarangan bioskop tua yang sound-system-nya bocor dan pagarnya membuka lebar. Kebetulan halaman belakang itu sunyi dan senyap.
"Astaga! Jadi kita ada di halaman bioskop Murath Masin di tahun 2005, begitu? Ini bioskop yang bangkrut tahun 2009, kan?" Elan tak sadar mengerek suaranya, mengalahkan percakapan berisik film action cap Hongkong yang bocor, ditingkahi ciat hiat dan sat set sat set yang membahana.
"Psssttt! Pelan sedikit, Bung. Rahasia masa depan itu gak boleh bocor. Takutnya didengar orang-orang lalu lalang." Nuka mendesut sembari menilik waspada ke sekeliling mereka. Untungnya mereka hanya sendirian dan berduaan saja.
"Eh, bukan main, benar ini tahun 2005. Stan bala-bala kesukaan aku buka tuh di sebelah. Soalnya tahun 2006, abangnya pindah ke taman jajan dekat kolam renang Poncol Sari." Elan mengintai dari bolongan tembok, memantau tetangga kiri kanan dari bioskop spesialis film silat Hongkong dan bintang-bintangnya rutin antara Jet Lee, Jacky Chan atau Donnie Yuen dari masa 80'an itu. Semuanya persis seperti ingatannya dulu.
"Ada maksudnya pasti kita dibuang ke sini. Dante oknum pelakunya, si alien yang kurang ajar itu." Nuka menggeram dan tak terima sudah dipermainkan. Pasalnya, masa-masa tergelap dalam hidupnya terukir di usia tujuh tahun dan bioskop bocor ini adalah saksi bisu kemalangannya sebagai siswa buangan.
"Nuka, kamu belum lupa, kan, waktu permainan sambung cerita di kereta itu, aku ngaku umur tujuh tahun bolos les renang dan malah jajan bala-bala di samping bioskop ini, dan kukira kamu penunggu bioskop yang katanya banyak hantunya, makanya aku kapok membolos renang dan les swipoa sampai kebosanan?"
"Hah? Ada cerita kayak gitu? Kok aku gak ingat ya, Bung? Kapan Bung pernah cerita masa kecil Bung ke aku?"
Ups. Tersadarlah Elan bahwa cerita itu cuma disimpannya dalam hati dan ia sama sekali tak pernah bercerita apa-apa soal stan bala-bala dan les renang yang dikacaukan olehnya. Fakta bahwa ia dan Nuka pernah "bertemu" di usia tujuh tahun, sekalipun tidak bertatap muka, dan sekarang mereka dikembalikan ke masa lalu yang menyakitkan, pastilah maksudnya untuk menegaskan fakta. Tahun 2005 ini sebetulnya bersemi jodoh pertemuan antara Elan dan Nuka, yang herannya tidak merasa saling kenal dan bersahabat, sebelum perjalanan kereta mendekatkan hati mereka, hanya dalam beberapa jam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like You Do
RomanceElan Adante bersua Nuka Tumiwa di atas kereta api yang rutenya tidak normal, Dari Jalan Panjang Menuju Tempat Tak Ada Tujuannya. Merasa cocok sejak pandangan pertama, keduanya mengobrolkan semua hal tanpa menyadari, kereta api itu tidak ada penumpan...