Elan cukup sering tertipu oleh suara, dan harus diakui, suara manusia adalah kecohan terhebat dalam semesta kita. Setidaknya, kemampuan manusia menipu dengan pita suaranya sudah tak diragukan lagi, lebih-lebih antara suara pria dan wanita yang tipis sekali perbedaannya. Padahal pita suara adalah benda yang tidak besar, boleh dikata sangat kecil, dengan ukurannya yang 17 sampai 25 mm untuk pria dewasa, sedangkan perempuan bahkan hanya mencapai 12.5-17.5 mm, dan dikodratkan ukuran pita suara yang lebih kecil menyebabkan suara yang dihasilkan lebih tinggi.
Adapun Dante yang mengecoh Elan dengan suaranya, kemungkinan dikaruniai pita suara yang lebih kecil dari standar lelaki normal, hingga suaranya sangat menyerupai gadis muda atau anak lelaki yang belum mencapai pubertas. Pernah dengar vokal boy soprano yang penyanyinya anak laki-laki di bawah usia 15 tahun? Seperti itulah, pitch antara penyanyi laki-laki yang belum akil baliq dengan penyanyi perempuan memang nyaris tak ada perbedaannya. Lalu disadarinya, Dante tidak memiliki jakun sebagaimana pria umumnya.
"Surprise! Lihat apel milikku ini, bentuknya jantung hati, kan? Kamu tahu apa namanya ini, Elan Adante?"
"Tidak tahu. Apel macam apa itu, Bung?"
"Adam's Apple. Serius, itu memang nama buah ini. Apelnya Adam. Namun, dalam bahasa Inggris, Adam's apple itu istilah untuk apa, ya?" Dante di kegelapan menggeleng-geleng, herannya Elan melihat sosoknya lugas-lugas, selagi sosok-sosok lainnya dalam bioskop diliputi kegelapan total.
"Istilah untuk jakun. Adam's apple itu dalam bahasa Indonesia artinya jakun."
"Mau?" Dante menawarkan apel menakjubkan di tangannya, yang berkilau kemerah-merahan, kadang pendarnya memancar ungu dan kehijauan, lebih-lebih bentuknya unik, begitu menyerupai jantung hati atau love.
"Maaf, saya tidak lapar." Dante menjawab ringan, agak bergidik oleh penampakan apel yang luar biasa kurang lumrah. Apalagi namanya adalah jakun. Maaf Bung, menjijikkan sekali namanya.
Elan tadinya mengira, Dante bakal melahap habis apel ganjil yang ditimangnya itu. Ternyata si pria malah memasukkannya dalam jaket parka, yang menurut Nuka baunya sangat pabrikan dan bahannya terlihat misterius di matanya. Jangan-jangan Nuka tidak salah kira, pria ini memang alien sejati yang menakutkan gelagat-gelagatnya. Mulanya, Elan menduga Dante cuma setengah tulen saja sebagai alien. Namun, kejanggalan si pria kian memantapkan prasangka Elan, pria ini dipastikan alien asli yang sejati.
"Nuka mana?" Elan mafhum, suara gadis yang tadi didengarnya terputus-putus bukanlah suara Nuka Tumiwa, melainkan Dante yang meniru suara gadis itu. Bagaimanapun, Nuka adalah teman senasibnya dalam suka dan duka drama penculikan ini.
"Hah? Nuka? Kok kamu bisa tidak tahu Nuka-mu ada di mana? Oh, matamu pasti berkabut dan lamur. Pasanglah matamu baik-baik, Elan Adante, agar kamu tidak selalu dicap manusia yang membosankan dan kaku." Dante mengunjuk kening Elan dengan ketus.
Perlahan leher Elan melongok sisi kanannya, sementara Dante si alien ada di sisi kirinya. Nuka? Betul, ada Nuka di sisinya, tetapi si gadis terpisahkan dari dimensi Elan yang gelap gulita. Ruang di mana Nuka duduk lebih terang sedikit, meskipun remang-remang oleh cahaya sorot kekuningan, khas lampu teater bioskop yang membuat mata lamur kesulitan melihat. Si gadis duduk dengan hampa, tatapannya kosong, menyobeki karcis tanpa menyimak pemegang karcisnya. Elan semakin sadar dimensi mereka berlainan, lantaran Nuka tidak bisa dicoleknya.
Tunggu dulu. Setahu Elan, penyobek karcis di bioskop bertugas sambil berdiri. Standar operasionalnya seperti itu, kan? Sesudah selesai menyobek karcis semestinya baru diperkenankan duduk. Lalu mengapa Nuka terduduk dengan posisi kaku dan sepertinya menahan kesakitan yang menyiksanya? Lalu Elan melihat sesuatu mengganjal mata kaki Nuka.
![](https://img.wattpad.com/cover/323752819-288-k866774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like You Do
Storie d'amoreElan Adante bersua Nuka Tumiwa di atas kereta api yang rutenya tidak normal, Dari Jalan Panjang Menuju Tempat Tak Ada Tujuannya. Merasa cocok sejak pandangan pertama, keduanya mengobrolkan semua hal tanpa menyadari, kereta api itu tidak ada penumpan...