Setelah dari Bandar Udara Internasional Incheon, Adel dan Victor serta beberapa bodyguard mampir pada restoran terdekat, sebelum melakukan check-in hotel.
"Makanlah," ujar Victor ketika pelayan restoran selesai meletakkan pesanan mereka.
"Daddy, apa aku bisa menggunakan tangan?"
"Tidak bisa, kau harus memakai sumpit."
Wanita di depannya terlihat lesu ketika mendengar jawaban Victor. Kenapa harus menggunakan sumpit? Dia bahkan tidak tau caranya.
"Aku tidak tau memakai sumpit." Wanita itu menunduk malu.
Sesaat lelaki itu terkekeh geli melihat wanitanya, terlihat sedikit lebih imut di banding biasanya.
"Aku akan mengajarimu ... ah, tidak, aku akan menyuapimu."
Seketika wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap penuh binar pada makanan di depannya. Akhirnya! Dia bisa makan dan tidak akan berakhir kelaparan.
Lelaki itu bergegas menepati ucapannya. "Ini, makanlah." Titahnya sebari menyodorkan sebuah sushi pada wanita itu.
"Mmm ... apa sebesar ini, Daddy?" Wanita itu memandang potongan sushi yang di sodorkan padanya, terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam mulutnya.
"Iya," jawab lelaki itu.
Dengan ragu-ragu wanita itu memakan sushi yang di arahkan pada mulutnya. Seketika kedua pipinya menjadi gembung akibat mengunyah makanan itu, membuatnya terlihat menggemaskan.
Wanita itu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, akibat malu di perhatikan dengan seksama oleh lelaki di depannya.
Bukannya mengalihkan tatapannya, Victor justru semakin menatap dalam wanitanya, membuat Adelia malu. Baru saja hendak protes, handphone milik Victor lebih dulu berbunyi membuatnya urung bersuara.
"Hallo."
Wajah lelaki itu terlihat serius berbicara dengan seseorang di seberang sana, membuat Adelia ragu untuk minta di suapi. Akhirnya Adel berinisiatif menunggu acara telfon itu selesai, ingin menggunakan sumpit sendiri tapi dia tidak tau caranya.
Hingga beberapa menit kemudian, tidak ada tanda-tanda pembicaraan mereka akan selesai. Adelia terlihat kesal menunggu, dia kelaparan.
"Daddy, aku mau lagi!"
Seakan tersadar, Victor mengalihkan perhatiannya pada wanita yang memasang wajah kesal di depannya.
"Ah, maafkan aku, Sayang."
Lelaki itu dengan segera menyuapi Adelia dengan tangan satunya lagi masih memegang ponsel. Victor dengan sabar menunggu wanita itu mengunyah makanannya yang terasa begitu lambat.
"Apa sudah kenyang?" Victor bertanya ketika sepiring sushi di depannya habis tanpa sisa. Telfonnya baru mati beberapa menit yang lalu.
"Iya." Adelia menganggukkan kepalanya semangat. Perutnya terasa akan meledak sekarang.
"Ayo, kita harus segera ke hotel."
Tanpa bantahan, Adelia beranjak mengikuti lelaki itu menuju parkiran. Sepertinya dia akan tidur nyenyak malam ini, perutnya sudah kenyang.
🍄🍄🍄
Victor mengantarkan Adelia hingga di depan pintu kamar hotel yang akan mereka tempati. Dia tidak bisa menemani wanita itu sekarang, cabang perusahaannya yang berada di sini sedikit bermasalah, dan dia harus turun tangan secara langsung."Kamu masuk, terus istirahat. Aku harus ke kantor, ada masalah sedikit."
"Terus aku sendiri di sini?"
"Iya ... atau kamu mau aku panggil Sisil?"
Sisil adalah salah satu bodyguard wanita yang dia sewa untuk menemani Adelia ketika wanita itu tidak mau di tinggal sendirian.
"Enggak usah!" Adelia menjawab dengan tidak santai, membuat Victor berjengkit kaget.
"Santai aja, kali. Ngegas banget," ujar Victor.
"Ya, udah kalau enggak mau. Aku pergi sekarang, ya, biar cepet selesai dan bisa pulang cepat juga."
Sebelum pergi, Victor menyempatkan diri untuk mengecup kening wanita itu, membuat Adelia menghangat.
Setelah kepergian Victor, Adelia membuka pintu hotel mereka sebari menggerutu. "Siapa juga yang mau temenan sama cewek gatel kaya Sisil. Muka aja yang polos, hati penuh penyakit."
🍄🍄🍄
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Daddy
Genç Kız EdebiyatıAdelia Wilhelmina, anak dari sepasang pengusaha sukses Arya Wilhelmina dan Hanum Rais. Wanita cantik dengan limpahan kasih sayang serta segala fasilitas mewah sejak kecil, menjadikan Adelia wanita yang keras kepala untuk mendapatkan apa pun yang di...