Adelia Wilhelmina, anak dari sepasang pengusaha sukses Arya Wilhelmina dan Hanum Rais.
Wanita cantik dengan limpahan kasih sayang serta segala fasilitas mewah sejak kecil, menjadikan Adelia wanita yang keras kepala untuk mendapatkan apa pun yang di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Victor mengusap rambutnya dengan handuk kecil sebari berjalan menuju tempat tidur yang sudah terisi oleh kekasihnya.
Setelah pulang dari rumah sakit, lelaki itu tidak mengantarkan Adel ke mension orang tuanya, melainkan pada mension miliknya.
Rencananya dia akan menunggu wanita itu bangun lebih dulu, dan akan mengantarkannya pulang. Sebari menunggu Adelia bangun, Victor memutar otaknya dengan keras untuk menjelaskan pada orang tua wanita itu, tentang luka bakar pada lengan Adel.
"Bisa-bisa, aku di bunuh oleh Arya." Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi ketika belum juga menemukan alasan yang setidaknya bisa membuatnya keluar dengan selamat dari mension Wilhelmina.
Victor baru saja akan beranjak memakai bajunya, sebelum pintu kamar miliknya terketuk dari luar. Langkah kakinya yang mengarah pada walk in closed terpaksa dia arahkan menuju pintu.
"Ada apa?"
Seorang wanita muda dengan pakaian khas maid terlihat gugup ketika melihat Tuan-nya tidak memakai apa pun, kecuali handuk yang melilit tubuhnya.
"A--Anu T--Tuan, di bawah ada sepasang suami istri yang ingin bertemu dengan Tuan."
Sesaat lelaki itu terdiam, berpikir siapa yang datang bertamu tanpa membuat janji lebih dulu. Victor bahkan tidak mempedulikan wajah memerah wanita muda di depannya, lelaki itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Baiklah. Bilang pada mereka untuk menunggu, aku akan pakai baju sebentar."
Wanita muda tadi mengangguk mengerti sebelum akhirnya berjalan menuju lantai bawah guna menyampaikan pesan sang majikan.
Victor menutup pintu kamar setelah kepergian salah satu pekerja di rumahnya tadi. Seakan tidak peduli pada tamu yang sedang berkunjung, lelaki itu berjalan dengan santai sebari bersenandung kecil menuju ruang pakaian miliknya.
🍄🍄🍄
"Wah, Victor ... apa kau mandi kembang tujuh rupa, hingga membuatku menunggu lama?"
Suara seseorang membuat perhatian Victor pada layar ponselnya teralihkan. Lelaki itu mengangkat kepalanya dengan cepat ketika telinganya sangat mengenali suara itu.
Lelaki yang sedang duduk berpelukan dengan istrinya itu mendengkus kesal melihat reaksi Victor yang terlihat santai, bahkan ketika telah membuatnya menunggu cukup lama.
Dengan santainya Victor berjalan sebari memasukkan ponselnya pada kantong celana pendek yang sedang dia pakai. Lelaki itu mengambil tempat duduk yang tepat berada di depan sepasang suami istri tersebut.
"Kau sangat tidak sopan. Bertamu tanpa membuat janji lebih dulu, kau menganggu waktu pacaranku." ujar Victor santai sebari mengangkat sebelah kakinya untuk bertumpu pada kaki satunya.
"Wanita mana lagi, Victor? Berhenti bermain-main, kau sudah sangat tua."
Istri pria tadi angkat suara. Meski sudah memiliki anak, pasangan suami istri itu masih terlihat muda.
"Ah, untuk wanita yang ini aku tidak main-main. Aku berencana menemui orang tuanya dalam waktu dekat," jawab Victor.
"Benarkah?"
Lelaki dengan kemeja hitam dan celana kain berwarna senada itu memandang kesal pada istrinya.
"Kenapa suaramu terdengar lesu? Kau tidak ikhlas mantan terindahmu akan menikah?"
Wanita dengan pakaian berkelas itu memandang suaminya heran. Apa suaminya sudah terlalu tua hingga tidak lagi bisa membedakan intonasi suara lawan bicaranya?
"Lesu dari mana, Arya? Suaraku bahkan terdengar antusias. Aku jelas turut senang jika Victor sudah mendapatkan kebahagiaannya," ujar wanita itu.
"Oh, ya?" Lelaki itu masih memandang istrinya dengan tatapan tidak percaya, membuat wanita yang berada dalam dekapannya itu memilih melepaskan diri dan mengambil jarak.
Sementara itu, Victor hanya terkekeh melihat drama rumah tangga yang sedang terjadi di depan matanya. Ternyata lelaki itu masih cemburu padanya.
"Sepertinya suamimu masih cemburu pada ku, Hanum. Bahkan ketika dia sudah tua," ucap Victor mengejek.
Lelaki itu menatap tajam pada Victor, "Jangan sampai aku meleparkan tomples kaca ini padamu."
Tidak ingin memperpanjang masalah, Hanum segera menyela pembicaraan kedua lelaki itu.
"Sudah ... sudah, tidak perlu di perpanjang. Arya, fokus pada tujuan awal kita kemari."
Victor tersenyum miring pada Arya, mengejek lelaki itu yang untuk pertama kalinya mau mengalah.
"Begini, Victor ... kami ingin menitipkan Adelia padamu. Kami akan melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu," terang Hanum.
Kening Victor berkerut bingung mendengar ucapan sahabat sekaligus mantan kekasihnya dulu. Ini pertama kalinya pasangan itu menitipkan anak mereka padanya.
Selama ini jika mereka melakukan perjalanan bisnis, Adelia akan tetap tinggal di mension Wilhelmina dengan penjagaan yang dua kali lipat lebih ketat dari biasanya.
"Tapi kenapa? Bukan, kah, biasanya Adel akan tetap tinggal di mension kalian?"
Wanita di depannya terlihat menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara.
"Beberapa hari terakhir, Arya sedang mendapatkan teror yang belum di ketahui dari siapa. Meski penjagaan akan di perketat, tetap saja tidak bisa membuat ku tenang.
Adelia akan tetap tinggal sendiri di sana, dan kita tidak tau kapan para penjaga itu lengah."
Victor menganggukkan kepalanya mendengar cerita wanita itu, jadi itu alasannya.
"Kau punya banyak uang, Arya. Untuk mengurus tikus kecil seperti itu kau tidak mampu."
"Diamlah, Victor! Aku sedang berusaha saat ini. Dia terlalu licik," jawab Arya kesal. Jika bukan karena anaknya yang akan dia tinggalkan, Arya tidak akan sudi bersikap sopan pada lelaki tua di depannya ini.
"Baiklah. Sebagai teman yang baik, aku akan menjaga Adelia sampai kalian kembali."
Tentu saja Victor tidak akan menolak tanggung jawab yang membahagiakan ini. Dia jadi memiliki lebih banyak waktu untuk bersama wanitanya, tidak perlu lagi bersembunyi seperti biasanya.
Di tengah keheningan yang melanda mereka, panggilan lembut seseorang membuat perhatian semua orang teralihkan.
"Daddy!"
Mata Victor sontak membulat sempurna melihat pemandangan di depannya. Wanita dengan celana pendek serta kaos lengan panjang kebesarannya berdiri pada anak tangga terakhir.
Tidak! Ini di luar rencananya.
"Adelia!"
🍄🍄🍄
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.