Part 19 🍒

36 3 0
                                    






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Saat ini Adel sedang dalam perjalanan pulang dengan Victor yang mengemudi di sampingnya. Suasana jalan sudah terlihat sedikit ramai, karena jam pulang kantor hampir tiba.

"Mau langsung pulang, Sayang?"

Victor memberhentikan mobilnya ketika warna lampu lalu lintas menjadi merah.

"Mmm ... aku mau mampir Mall dulu, boleh enggak Dad?"

"Boleh, dong. Besok kayanya Daddy lumayan sibuk, jadi enggak bisa nemenin kamu."

Mobil mereka kembali berjalan menyusuri jalanan yang semakin padat. Meski tidak sampai macet panjang, nyatanya membutuhkan waktu cukup lama untuk mereka bisa sampai pada salah satu Mall besar di pusat kota.

Wanita dengan kaos sabrina berwarna putih di padukan dengan rok selutut berwarna hitam, berjalan memasuki Mall. Tujuannya kali ini hanyalah sekedar jalan-jalan, mungkin nanti akan membeli beberapa barang jika menarik perhatian.

Victor mengikuti kemana pun langkah wanita yang sedang bergelayut pada lengan kirinya. Berjalan dari satu toko ke toko lainnya, dan calon istrinya belum juga membeli barang satu pun.

"Daddy, ayo ke sana. Sepertinya banyak barang bagus."  Adel menujuk salah satu toko pakaian.

"Ini yang terakhir, Baby ... Mall sebentar lagi akan tutup," jawab Victor.

Adel hanya bergumam sebagai jawaban. Wanita itu dengan semangat kembali menyeret lengan kiri kekasihnya memasuki toko pakaian yang tidak terlalu ramai.

Begitu memasuki toko, Adel berdecak kagum. Ternyata toko ini lebih luas dari yang terlihat di depan. Barang-barang di sini terlihat bagus dan mewah, serta lengkap hingga tas dan sepatu.

Wanita itu melangkah menuju rak sepatu yang menjulang tinggi. Tanpa mengatakan apa pun Adel berjalan menyusuri sisi demi sisi rak, meninggal Victor yang lebih memilih duduk pada sofa yang telah di sediakan.

Setelah beberapa menit berlalu, Adel menghampiri lelaki itu dengan membawa satu sneakers dan sendal rumahan berbentuk panda dengan bulu-bulu halus yang menyelimuti setiap bagiannya.

"Hanya itu, Sayang?"

"Iya. Ayo bayar, Daddy."

"Kau yakin tidak ingin yang lain lagi? Heals wanita?" Victor mencoba meyakinkan kekasihnya sekali lagi.

Wanita itu hanya menggeleng cepat sebagai jawaban, setelah itu berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

"Totalnya berapa?"

"110 juta, Pak."

Baru saja Victor hendak mengeluarkan dompetnya, suara Adel mengehentikan kegiatan itu.

"Tunggu-tunggu! 110 juta? Mas, enggak salah hitung?" Wanita itu kembali memastikan.

Dengan segera pelayan lelaki itu kembali menjumlahkan kedua barang yang Adel letakan di depannya.

"Tidak, Kak. Semuanya memang 110 juta rupiah."

Lelaki itu menyodorkan alat hitung yang dia gunakan pada Adel, dengan segera wanita itu mengambilnya dan memperhatikan baik-baik angka yang tertera di sana.

Benar, 110 juta.

"Kok bisa, Mas?"

"Udah, Sayang ... bayar aja, biar cepat selesai."

Victor menginterupsi obrolan kekasihnya dan penjaga toko itu. Dia benar-benar tidak mempermasalahkan harganya, dia hanya ingin membayar dan pulang dengan cepat.

"Sssttt, Daddy diam." Adel meletakkan jari telunjuknya pada bilah bibir lelaki itu, membuat Victor terdiam.

"Iya, Kak. Sneakers shoesnya 50 juta, dan sendal ini 60 juta. Total keseluruhannya 110 juta."

Lelaki dengan seragam hitam itu masih menjelaskan dengan sabar pada Adel.

Adel memperhatikan sendal yang dipenuhi oleh bulu-bulu itu dengan seksama. 60 juta? Bulu apa yang mereka pakai untuk sendal ini?

"Bagaimana, Kak? Mau melakukan pembayaran sekarang?"

Pegawai itu kembali membuka suara, setelah menunggu cukup lama.

"Iya, Mas. To--"

Lagi-lagi ucapan Victor terhenti oleh kekasihnya. Menghela nafas panjang, lelaki itu menoleh pada wanitanya.

"Ada apa lagi, sih, Yang?"

"Mmm, Mas ... saya enggak jadi beli sendalnya, sepatu aja yang di bayar."

"Baik, Kak. Tunggu sebentar, barangnya akan kami siapkan."

Setelah kepergian sang pegawai toko, Victor menolehkan kepalanya pada Adel.

"Kamu yakin cuman sendal aja?"

"Yakin. Lagian, ya, Dad ... sendal apa yang harganya sampe 60 juta," ujar Adel dengan bisikan.

"Ya, worth it dong sama kualitas sendalnya."

"Tetap aja, 60 juta hanya untuk sendal. Mending buat perawatan, Dad."

Victor menggeleng tak habis pikir dengan wanita itu. Entah dia harus bersyukur karena memiliki calon istri yang tidak boros seperti Adel atau tidak.

"Terserah kamu aja," ujar Victor.

Lelaki dengan seragam hitam itu kembali bersama paper bag berisi sepatu miliknya dan juga kartu debit milik sang Daddy.

"Terima kasih, Kak." Lelaki itu membungkuk hormat pada Adel dan Victor.

"Sama-sama," balas Adel.

Wanita itu juga sempat membungkukkan badannya sebagai tanda terima kasih, sedangkan Victor memilih berjalan meninggalkan mereka. Menurutnya, gerakan tubuh itu hanyalah basa-basi agar pelanggan mau kembali datang berbelanja.

"Daddy tunggu!"

Adel berlari kencang menyusul langkah kekasihnya yang cukup jauh darinya.


🍄🍄🍄




🍄🍄🍄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang