Part 13 🍒

36 2 0
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Victor melangkah memasuki rumah megah miliknya ketika waktu menunjukkan pukul 19.00 . Sudah waktunya makan malam, lelaki itu berjalan menuju meja makan sebari menentang jas kantor miliknya.

Kecupan singkat mendarat pada kening Adel, bertepatan dengan gelas air miliknya yang kosong tanpa sisa.

Wanita itu hanya diam, bahkan mengabaikan sang pelaku yang kini sudah menarik kursi kosong di sampingnya.

"Apa jalangmu juga mendapatkan kecupan, Dad?"

Gerakan Victor yang hendak duduk, urung mendengar ucapan wanita itu. Lelaki itu memandang heran wanita di sampingnya.

"Maksudnya apa, Sayang?"

Adelia meletakkan gelas kaca miliknya dengan sedikit kasar, meninggalkan bunyi nyaring ketika kaca bertemu kaca.

"Apa semua jalangmu mendapatkan kecupan manis setelah bercinta? Atau, mereka juga mendapatkan foto seksi milikmu sebagai kenang-kenangan?"

Wanita itu berujar dengan santai tanpa memandang lawan bicaranya.

"Apa yang kau katakan? Daddy benar-benar tidak mengerti, Sayang."

Victor masih mencoba sabar menghadapi wanitanya, meski rasa lelahnya berkali-kali lipat hari ini.

"Kurasa artikel pada semua laman media saat ini bisa menjawabnya, Daddy. Jadi, silahkan cari sendiri."

Tanpa menunggu lama Victor mengeluarkan ponsel miliknya dan melakukan apa yang wanita itu katakan. Sementara itu Adel masih terus diam, menunggu dengan sabar apa yang akan kekasihnya katakan.

Setelah melihat beberapa artikel yang memuat tentang dirinya dan sang model, lelaki itu sekarang mengerti apa maksud kekasihnya.

Dengan sabar Victor memutar kursi yang di duduki Adelia agar menghadap padanya. Lelaki itu berjongkok dengan kedua lutut menyentuh lantai, memperhatikan wajah datar kekasihnya.

"Sayang, Daddy tidak pernah menghabiskan malam dengan wanita itu. Kau harus percaya padaku." Victor mengusap lembut kedua pipi wanita itu, berharap bisa meredakan sedikit amarahnya.

"Lalu foto itu bagaimana? Aku tidak bodoh untuk membedakan mana foto editan dan mana yang asli."

Victor menghela nafas berat. Sungguh, dia lelah hari ini. Tidak bisakah Adel menyambutnya dengan hangat tanpa membahas apa yang sedang terjadi, kepalanya terasa akan pecah.

"Daddy juga tidak tau dia mendapatkan itu dari mana. Aku benar-benar tidak pernah tidur dengannya, Adel."

"Benarkah? Tapi kau terlalu sering mengatakan ini, dan kenyataan yang terjadi seringnya berbanding terbalik dengan apa yang kau ucapkan."

Adelia mendorong kasar kursinya, membuat lelaki itu harus terpaksa berdiri untuk menyamakan tinggi badan mereka.

"Aku tau! Tapi aku benar-benar tidak pernah menghabiskan malam dengannya." Victor mengacak rambutnya frustasi.

"Jika begitu buktikan, Daddy."

Wanita itu hendak meninggalkan meja makan, sebelum sebuah tangan menahan langkahnya.

"Sayang, tidak bisakah kau memberikanku sebuah pelukan? Aku benar-benar lelah hari ini," pinta Victor dengan penuh harap.

Adel memandang cukup lama wajah lelaki itu. Gurat lelah memang terpampang dengan jelas pada wajahnya, namun ego masih memenangkan hatinya.

"Tidak untuk hari, Dad. Selesaikan semuanya, dan buktikan bahwa kau tidak berbohong padaku." Adel melepaskan tangan Victor yang menahan langkahnya.

Wanita itu berjalan meninggalkan dapur, menyisakan lelaki itu yang memandang sendu kearahnya. Apa sebuah pelukan terasa berat untuk di lakukan?

"Daddy," panggil Adel ketika wanita itu bersiap menaiki tangga.

Victor berbalik menghadap tangga, memandang wanitanya dengan lembut, berharap wanita itu berubah pikiran. Namun, ucapan wanita itu berhasil menyulut api dalam dirinya.

"Jika kau tidak bisa menjaga jarak dengan wanita lain, maka berjaga jaraklah dariku."

Setelah mengatakan itu, Adel berjalan menaiki tangga satu persatu menuju lantai atas, meninggalkan Victor yang mengepalkan tangannya.

"Wanita sialan!"

Victor meleparkan sisa makanan yang tersaji di atas meja makan, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai. Dia benar-benar kehabisan stok kesabaran kali ini.

Tanpa mempedulikan wajah ketakutan para maid di rumahnya, lelaki itu berjalan mengambil jas dan kunci mobil miliknya. Meninggalkan rumah sepertinya menjadi pilihan terbaik saat ini.

🍄🍄🍄




🍄🍄🍄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang