Part 26 🍒

32 2 0
                                    

Happy Reading

Seminggu setelah Arya menghubungi Victor meminta mobil baru, hari ini tepat pada pekarangan rumahnya sebuah mobil box besar sedang mengeluarkan mobil baru dari dalamnya.

Buggati La Voiture Noire berwarna hitam membuat senyum Arya merekah, hingga rasanya bibirnya akan sobek saking lebarnya senyuman lelaki itu.



Buggati La Voiture Noire berwarna hitam membuat senyum Arya merekah, hingga rasanya bibirnya akan sobek saking lebarnya senyuman lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tentu saja dia senang, salah satu mobil termahal di dunia akan segera menjadi miliknya. Benar-benar menantu idaman. Awalnya dia tidak berharap Victor akan membelikan mobil mahal ini, mengingat betapa kejam dan pelitnya lelaki itu.

Tapi lihatlah sekarang, ini bahkan jauh dari ekspektasinya. Setelah mobil baru itu berhasil di keluarkan tanpa cacat sedikit pun, Arya bergegas menandatangani surat pernyataan kepemilikan.

"Terima kasih banyak, Pak Arya. Saya harap, kami tidak mengecewakan."

"Tentu saja. Terima kasih sudah mengantarkan mobil baru saya dengan selamat."

Arya menerima uluran tangan sang pemilik sorum mobil tempat Victor memesan.

"Ini kuncinya, Pak." Sebuah kotak yang lumayan besar berpindah tangan padanya, dengan senang lelaki itu menerimanya.

"Aku tidak sabar mencobanya, tapi sebelum itu ... sebaiknya aku mengucapkan terima kasih pada lelaki itu."

Arya berjalan masuk kedalam rumahnya, membiarkan mobil baru miliknya terparkir pada halaman depan. Dia akan menghubungi Victor lebih dulu, mengucapkan terima kasih pada kekasih anaknya itu.

"Tidak sia-sia aku menyetujui Adel menjalin hubungan dengannya."

🌻🌻🌻🌻


Arya tertekun melihat isi kotak yang baru saja dibukanya. Sebuah kepala tikus dengan darah yang sudah mengering tergeletak bersama kunci mobil baru yang di berikan Victor padanya.

Tubuhnya terasa kaku untuk sekedar bergerak. Seketika ingatannya memutar kembali saat-saat dimana beberapa orang dengan seragam showroom mobil datang mengantarkan hadiahnya.

'Si*l! Aku melupakan tato itu.'

Seharusnya dia tidak percaya diri saat mendengar jawaban lelaki itu. Watak Victor yang tidak mudah di kendalikan oleh siapa pun, seharusnya membuatnya curiga.

Lelaki paruh baya itu terlambat menyadari bahwa orang-orang tadi bukanlah pegawai showroom mobil, mereka adalah anak buah Victor yang bekerja dalam organisasi bawah tanah lelaki itu.

Drrtt ... drrrtt.

Getaran ponselnya mengembalikan kesadaran Arya. Bergegas lelaki itu melihat layar, entah kemana keberuntungannya hari ini. Lelaki yang baru saja membuatnya takut, kini melakukan panggilan video padanya.

Butuh waktu beberapa saat untuk akhirnya Arya menggeser icon hijau pada layar.

"Hallo, calon mertua. Bagaimana? Kau menyukai hadiahmu?"

Senyum manis Victor memenuhi layar ponsel, membuat Arya semakin merasa gugup.

"T--tentu saja. Tapi berhubung aku sudah tidak menginginkannya, maka aku akan mengembalikannya padamu."

Arya sebaik mungkin menutupi rasa takutnya pada lelaki itu, meski dia yakin Victor tetap mengetahuinya.

Ekspresi wajah Victor berubah datar mendengar ucapan lawan bicaranya. Tidak ada lagi senyuman manis seperti di awal.

"Kenapa? Bukankah kau sangat menginginkannya?"

Arya berdehem guna mengusir rasa gugup yang semakin besar. Lelaki itu berjalan menuju kursi kerja yang berada tidak jauh darinya, tulang-tulangnya terasa seperti jelly.

"A--aku S-"

Ucapan Arya lebih dulu tersela oleh nada dingin Victor. "Tidak perlu. Aku tidak menerima barang bekas dalam bentuk apa pun."

"M--maaf," lirih Arya.

Satu-satunya hal yang mampu menyelamatkannya saat ini hanyalah permintaan maaf.

"Sudah pernah kukatakan, Arya. Aku bisa memb*n*hmu kapan saja, tidak peduli siapa kau dalam hidup wanitaku."

Arya semakin menunduk takut mendengar ucapan lelaki itu. Meski hanya melakukan panggilan video, dia seperti merasakan bagaimana kuatnya lelaki itu mengintimidasi lawannya. Victor tidak pernah gagal menunjukkan powernya pada siapa pun, dan si*lnya dia melupakan fakta itu.

"Ingatlah, calon mertua ... aku tidak sudi dikendalikan oleh siapa pun, termasuk seorang wanita. Jadi jangan pernah bermimpi, bahwa kau dapat mengendalikan aku melalui putrimu."

Layar ponsel Arya seketika menghitam setelah Victor menyelesaikan ucapannya. Lelaki itu memutuskan sambungan begitu saja tanpa pamit, memangnya apa yang bisa di harapkan dari Victor? Sopan santun? Jangan pernah bermimpi.

"Selamat ... selamat." Arya mengusap dadanya yang masih berdetak dengan cepat hingga saat ini.




" Arya mengusap dadanya yang masih berdetak dengan cepat hingga saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang