Part 17 🍒

40 4 0
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rintik hujan berlomba-lomba turun membasahi tanah, seakan tidak memiliki tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat.

Udara pagi yang biasanya dingin, kini berkali-kali lipat terasa akibat derasnya hujan. Seorang wanita dengan piyama bermotif strawberry memperbaiki posisi tidurnya agar semakin nyaman. Wajahnya semakin menelusup masuk pada ceruk leher kekasihnya, tak lupa dengan pelukan yang semakin mengerat pada tubuh atletis itu.

Victor terkekeh kecil melihat tingkah calon istrinya. Wanita itu terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat tertidur tanpa make up seperti ini. Lelaki itu sedikit menjauhkan wajahnya guna melihat wajah cantik itu lebih lekat.

"Daddy," rengek Adel ketika dirinya merasa pelukan sang kekasih mengendur.

Meski sang wanita merengek, Victor tidak juga memperbaiki posisinya. Lelaki itu justru semakin menjauhkan tubuh mereka, menggoda wanita itu.

Perlahan-lahan mata indah itu terbuka, memandang tajam sosok atletis di depannya.

"Kenapa melihatku begitu?" Victor bertanya tanpa rasa bersalah.

"Jauh-jauh dariku!" kesal Adel.

Wanita itu berbalik membelakangi kekasihnya, bahkan dia mengambil jarak yang cukup jauh dari lelaki itu. Kekehan yang terdengar pada telinganya, menambah rasa kesal pada wanita itu.

"Baiklah-baiklah. Mafkan Daddy, oke?" Victor menarik selimut yang membungkus wanita itu hingga kepala.

Setelah berhasil menurunkan selimut itu, kedua tangan kekar Victor dengan mudah mengangkat tubuh Adelia dan memindahkannya pada dekapan hangat miliknya.

Merasakan kehangatan yang sempat hilang tadi, Adel kembali memperbaiki posisinya senyaman mungkin. Wanita itu bahkan menaikkan tubuhnya dan menjadikan tubuh Victor sebagai kasurnya.

Menelusupkan kepalanya pada ceruk leher sang kekasih, Adel bersiap kembali menemui mimpi indahnya.

"Jangan terlalu lama, Sayang. Kau harus sarapan," ujar Victor.

Tangan lelaki itu bahkan tidak berhenti mengelus lembut rambut kekasihnya, membuat wanita itu semakin nyaman.

"Hmmm. Kau hangat, Daddy," gumam Adel.

Victor tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Tentu saja terasa hangat, karena dia tidur tanpa menggunakan atasan. Pertemuan kulit dengan kulit pasti akan menghantarkan rasa hangat dan nyaman dalam satu waktu.

🍄🍄🍄

Adel mengernyit heran melihat mobil box besar berada di pekarangan rumah orang tuanya. Hujan baru saja reda beberapa saat yang lalu, dan menyisakan langit mendung.

Jika bukan karena sang Ibu yang menelfon dirinya dan mengatakan bahwa mereka sudah tiba di Jakarta sejak semalam, mungkin saat ini dia masih bergelung dengan selimut tebal dalam pelukan hangat Victor.

Wanita dengan celana pendek putih serta sweater hitam itu berjalan menuju sang Ayah, diikuti oleh kekasihnya.

"Papa beli mobil baru lagi?"

Adel tidak dapat menyembunyikan raut kesalnya ketika melihat Lamborghini Countach yang siap di turunkan dari mobil box besar itu.

Arya terkekeh kecil mendengar nada bicara sang putri yang terdengar tidak bersahabat.

"Sekali-kali, Sayang. Kan, sebagai self reward."

Adel mencibir ucapan sang Ayah. "Self reward, konon. Bilang aja mau nyalurin hobi Ayah, buang-buang duit."

"Udah, sih, Sayang. Biarin aja, kan pake uang dia sendiri." Victor memeluk pinggang ramping kekasihnya.

"Nah, bener, tuh. Papa, kan, capek kerja terus ... jadi sekali-kali buang duit, enggak papa kali."

Arya masih mencoba membela diri, meski begitu anaknya tidak kunjung luluh oleh ucapannya. Sejak dulu Adel memang sering mengoceh jika dia ketahuan menambah koleksi mobil miliknya.

Setelah mobil mewah itu berhasil di turunkan dengan sempurna, sang Ayah langsung saja berjalan mendekati mobil itu. Tangan Victor pada pinggang miliknya juga terlepas begitu saja. Lelaki itu juga berjalan lebih dekat pada barang mewah tersebut.

"Cih!"

Adel berjalan memasuki rumah orang tuanya dengan kesal, meninggalkan sang Ayah beserta calon suaminya.



Adel berjalan memasuki rumah orang tuanya dengan kesal, meninggalkan sang Ayah beserta calon suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lamborghini Countach

"Gimana? Keren, kan, pilihan gue."

Arya berucap bangga pada teman sekaligus calon menantunya itu.

"Lumayan." Victor menganggukkan kepalanya.

Kedua lelaki itu hanyut dalam pembicaraan mengenai mobil klasik keluaran 1970 itu. Mulai dari keunggulan, variasi warna yang di keluarkan oleh pabrik.

"Gimana kalau kita coba bareng-bareng?"

"Ide bagus calon mertua."

Victor menduduki kursi samping kemudi yang sudah lebih dulu diisi oleh Ayah dari kekasihnya.

"Wow!" Arya berdecak kagum ketika mendengar suara mesin mobilnya.

Kedua lelaki berbeda tiga tahun itu meninggalkan pekarangan rumah mewah tersebut, melaju kencang menuju sirkuit milik Victor yang berada cukup jauh dari rumah kekasihnya.

"Ada gunanya juga lo beli sirkuit balapan," ujar Arya memecah keheningan di antara mereka.

"Ya, hobi sangat sulit untuk di tinggalkan."



🍄🍄🍄





🍄🍄🍄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang