Part 15 🍒

41 3 0
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Lepasin saya! Kamu enggak tau siapa saya, ha?!"

Wanita dengan penutup kepala serta kacamata hitam itu berteriak dengan nyaring. Untung saja restoran ini hanya di penuhi oleh mereka, jika tidak mungkin wajahnya sudah viral di media sosial.

Adel sibuk membersihkan dirinya tanpa peduli dengan wanita itu. Tubuhnya lebih penting dari pada orang kurang waras di depannya.

"Lepasin! Saya mau kasi pelajaran untuk perempuan murahan itu!"

Wanita itu terus saja berteriak mengatakan bahwa Adel adalah wanita murahan. Setelah membersihkan bajunya, Adel melangkah menuju wanita dengan kacamata hitam itu.

"Mbak waras enggak, sih? Saya enggak kenal sama kamu!" Adel berteriak kencang di depan wajah wanita itu.

"Dasar perempuan murahan! Gara-gara kamu karir saya hancur berantakan dan hubungan saya dengan Victor juga berakhir."

Adel mengerti sekarang siapa wanita di depannya ini. Dengan langkah pelan Adel berjalan menuju wanita itu, membuka kacamata serta penutup kepala yang dia gunakan untuk menyamar.

"Oh, jadi kamu," Adel memandang remeh wanita itu. Siapa lagi jika bukan Beatarisa Calandra, model yang sedang di bicarakan oleh orang-orang.

"Masih punya muka juga kamu?enggak tau malu, cih!"

Mendengar ucapan Adel, Beatarisa semakin geram. Wanita itu memberontak kembali agar terlepas dari cekalan kedua bodyguard di sampingnya, meski itu sia-sia karena tenaganya yang tidak sebanding.

Hingga kedatangan Victor membuat wanita itu terdiam seketika. Awalnya Adel memandang wanita itu heran, kenapa tiba-tiba berubah menjadi anak penurut? Padahal tadi masih memberontak dan terus memakinya.

"Sayang, kamu kenapa?" Victor menghampiri wanitanya dengan panik.

Dia baru saja di beritahukan oleh salah satu bodyguard-nya bahwa Adel sedang beradu mulut dengan seseorang.

Adel memandang Victor dengan malas. "Daddy dari mana saja? Pahlawan kesiangan," dengkus Adel kesal.

Victor meringis mendengar ucapan wanita itu. Jangan sampai hubungan mereka semakin buruk, "Maaf, Sayang. Daddy tadi berada di toilet setelah melakukan pembayaran."

"Baju kamu kenapa?" Tanya Victor ketika melihat bagian dada kekasihnya basah.

"Tuh, di siram jus sama dia."

Lelaki itu mengalihkan perhatiannya pada wanita di depannya. "Kamu! Ngapain kamu di sini?"

Beatarisa terlonjak kaget mendengar teriakan Victor, wajah pria itu terlihat menyeramkan seakan ingin memakannya hidup-hidup.

Tak berselang lama, lelaki itu mengaduh kesakitan ketika sebuah tangan memukul pelan kepala bagian belakangnya.

"Aduh! Kok, aku di pukul, sih, Yang?"

"Daddy itu kalau ngomong biasa aja, aku kaget tau."

"Maaf, Yang."

Ekspresi penuh cinta itu berubah menjadi tatapan tajam ketika Victor kembali melihat Beatarisa. Wanita itu sedikit takut sebenarnya, tapi sudah kepalang tanggung.

"Kamu mau saya laporin polisi? Masih untung cuman karir kamu yang saya hancurin, bukannya minta maaf ... kamu malah nyakitin kekasih saya."

Mendengar kata kekasih dari mulut Victor, entah kenapa emosi Beatarisa kembali meledak.

"Dia itu enggak tulus sama kamu, Victor! Dia cuman mau harta kamu doang, dasar wanita murahan."

Baru saja hendak membalas ucapan wanita itu, tubuh Victor lebih dulu di dorong ke belakang. Adelia berjalan semakin dekat pada wanita yang sejak tadi terus mengatakan bahwa dia wanita murahan.

"Kamu masih sadar, kan?" Adel mencengkram kuat rahang Beatarisa, membuat sang model meringis.

"Dari tadi kamu terus saja mengatakan saya ini perempuan murahan, di mana kamu pernah melihat saya menjual diri?"

Tangan Adel semakin kuat mencengkram rahang itu, hingga membuat wanita itu kesulitan membuka suara. Adel mendengkus kesal ketika tidak mendapatkan jawaban apa pun.

"Kamu kira saya ini miskin sampe menjual diri pada Victor?"

Victor mencoba menghentikan aksi kekasihnya. Dia bukan ingin membela Beatarisa, hanya saja dia tidak ingin wanita itu berbuat kasar pada Adel.

"Sayang, ud-"

"Daddy, enggak usah ikut campur!" Adel menatap tajam ke arah Victor, membuat lelaki itu menghentikan langkahnya.

Setelah melihat sang Daddy terdiam, wanita itu kembali memfokuskan perhatiannya pada Beatarisa.

"Dengar, ya, Mbak ... saya enggak akan ngulang dua kali ucapan ini."

Adel melepaskan cengkeramannya pada rahang Beataris dengan kasar, membuat kepala sang model tertoleh ke samping. Rahangnya mati rasa akibat tangan anak kecil di depannya ini.

"Sekali pun saya enggak kerja sampe tua, orang tua saya masih mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup saya. Saya enggak butuh uang Victor," ujar Adel panjang lebar.

"Lalu kenapa kamu menerima barang-barang pemberian Victor? Udah, deh, enggak usah pura-pura kaya di depan saya."

"Ya, karena dia pacar saya! Justru akan jadi aneh, kalau Mbak yang nerima pemberian dia. Mbak itu bukan siapa-siapanya, jadi jangan sok keras."

Beatarisa akan kembali membuka suara, sebelum tangan kiri Adel terangkat sebagai tanda agar wanita itu diam.

"Lagian saya heran, Victor itu enggak ganteng-ganteng banget. Kok, banyak yang suka?"

Victor yang berdiri tidak jauh dari posisi Adel melotot mendengar ucapan kekasihnya. Sementara para bodyguard berusaha menahan tawanya ketika sang bos ikut ternistakan oleh kekasihnya sendiri.

"Kamu juga suka sama dia!"

"Yak, jangan teriak-teriak!" Adel membalas suara Beatarisa tak kalah kencang.

"Kamu, tuh, ya, bikin saya emosi aja!" tunjuk Adel pada Beatarisa.

Setelah berkata demikian, Adel berjalan meninggalkan restoran tempat mereka, di ikuti oleh beberapa bodyguard di belakangnya, meninggalkan Victor yang masih terdiam di tempat.

"Gara-gara kamu, saya jadi di bawa-bawa! Awas aja kalau habis ini kamu masih muncul di muka saya, habis kamu."



🍄🍄🍄




🍄🍄🍄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sugar Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang