Perjalanan selama 7 jam 20 menit kembali Adel lakukan demi bisa menuju tanah air.
Namun kali ini sedikit berbeda, sebab mereka menggunakan pesawat pribadi untuk pulang. Seharusnya penerbangan mereka lebih cepat di bandingkan pesawat umum, namun karena beberapa hal mereka terlambat.
Adel berjalan menuruni tangga pesawat begitu pintu keluar terbuka. Wanita dengan celana pendek sepaha, kaos berwarna hitam, topi serta masker tersebut berjalan di samping kanan kekasihnya.
Awalnya semua berjalan normal, hingga mereka masuk ke dalam Bandara. Secara tiba-tiba flash kamera menyerang mereka dari berbagai sisi, di susul oleh puluhan orang yang mulai berlari mendekati mereka.
Adel sempat terdorong akibat kerumunan itu, dengan sigap Victor memeluk pinggang ramping kekasihnya. Menarik wanita itu kedalam pelukannya, dan memberi kode pada bodyguard miliknya untuk melindungi mereka.
Ribuan pertanyaan yang sama terlontar dari awak media, namun Adel tidak dapat mendengar jelas suara mereka. Terlalu riuh, membuat kepala pusing.
Tangan wanita itu semakin memeluk tubuh kekasihnya dengan erat, dia seperti tidak bisa bernafas akibat banyaknya manusia di sekitar mereka.
Victor ikut merasa panik ketika melihat Adel mulai berkeringat, wanita itu juga memeluknya semakin erat.
"Sabertton, cepat buka jalan!"
Teriakan Victor yang begitu keras semakin menarik perhatian mereka. flash kamera tidak henti-hentinya menyala, bahkan kamera yang mengarah pada mereka semakin banyak.
Victor mengambil alih tubuh Adel yang mulai lemah dalam gendongannya, lelaki itu berjalan dengan cepat mengikuti sabertton dan beberapa bodyguard-nya yang mencoba membuka jalan untuknya.
"Sialan," gumam Victor ketika mendengar suara lirih wanitanya.
Sementara itu, Adelia semakin merasa sulit menghirup udara. Wanita itu mencoba memberitahu kekasihnya, namun hanya bisa mengatakan Daddy sebelum akhirnya benar-benar kehilangan kesadarannya.
🍄🍄🍄
Begitu berhasil keluar dari kejaran awak media, Victor memasuki mobil yang sudah menunggu mereka. Dengan kawalan ketat di depan dan belakang mobil, membuat orang-orang yang haus akan berita itu sangat sulit untuk mendekat.
"Kita ke rumah sakit," perintah Victor pada supir pribadinya.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Adelia akhirnya sadar dari pingsannya.
"Eugh," Wanita itu melenguh, merasakan kepalanya yang terasa berdenyut.
Kedua mata indah itu kembali terbuka, menampilkan wajah lega seorang lelaki.
"Are you oke, Sayang?" Victor bertanya dengan khawatir melihat betapa pucatnya wajah itu.
"Kepalaku sakit," jawab Adel.
Wanita itu memeluk perut Victor dengan erat. Mereka berada di kursi belakang, dengan Adel yang berbaring berbantalkan paha lelaki itu.
"Kita akan ke rumah sakit. Kau bisa istirahat selama perjalanan," ujar Victor. Tangannya terangkat mengusap lembut rambut halus kekasihnya, membuat Adel akhirnya tertidur pulas.
Victor meraih ponselnya yang berada di sampingnya. Tangannya dengan cepat menekan satu angka pada layar yang akan langsung menghubungkannya dengan seseorang.
"Hallo, Pak."
"Tunggu saya di kantor," ujar Victor singkat.
"Siap, Pak."
Mendengar jawaban orang kepercayaannya, Victor mematikan sambungan telfon mereka.
Lelaki itu beralih memijit pelipisnya, kepalanya juga mulai terasa pusing sekarang. Sebenarnya apa yang sudah terjadi selama dia pergi? Dia baru meninggalkan negara ini selama empat hari, dan keadaan sudah kacau tak terkendali.
🍄🍄🍄
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Daddy
Literatura FemininaAdelia Wilhelmina, anak dari sepasang pengusaha sukses Arya Wilhelmina dan Hanum Rais. Wanita cantik dengan limpahan kasih sayang serta segala fasilitas mewah sejak kecil, menjadikan Adelia wanita yang keras kepala untuk mendapatkan apa pun yang di...