Pagi hari di hari Minggu ini, tepat pukul 9:00 wib, gadis manis bernama Flora Syafiqa Riyadi, baru saja selesai sarapan pagi.
Dia membereskan piring sehabis makannya, meminum air putih miliknya dan berjalan keluar dari rumah.
Di rumah kontrakan yang sederhana ini, dia hidup sendiri. Ibu nya sudah meninggal dunia saat ia kecil, dan ayahnya- ayahnya—telah pergi entah kemana, meninggalkan dirinya yang saat itu masih sangat kecil.
Flora mati Matian berjuang untuk bertahan hidup di kala itu. Bayangkan saja, anak umur sepuluh tahun yang kala itu harusnya sedang menikmati masa kecilnya, yang seharusnya bisa bersekolah, ini di suruh kerja mati matian banting tulang agar dia bisa bertahan hidup di ibu kota yang keras.
Flora berjalan keluar rumahnya, tak lupa mengunci pintu nya dan berjalan ke arah motor beat butut miliknya yang baru ia beli beberapa bulan lalu dengan gaji nya sendiri.
Sejauh ini Flora tak pernah mengeluh dengan apa yang ia punya dan ia dapatkan. Masih bisa makan di esok hari saja, ia sudah bersyukur, tak ada kata mengeluh di kamus hidupnya.
Flora mendorong motornya keluar pagar, menutup pagar rumahnya kembali, memakai helm, menyalahkan motornya, dan menarik pedal gas menjauh dari pelataran rumah nya.
Hari ini ia mau ke suatu tempat. Ya, tempat ia berjanjian dengan teman kerjanya, rencananya mereka mau ngobrol ngobrol santai gitu. Flora juga kebetulan hari ini lagi tidak ada apa apa, jadi why not?
Tidak lama, hanya membutuhkan waktu 15 menit, cafe tempat mereka janjian itu sudah terlihat plang nya.
Flora kini sudah masuk ke pelataran cafe itu dan kemudian memarkirkan motornya. Saat memarkirkan motornya, dia sudah bisa melihat motor sport milik kawannya.
Itu kadang membuat Flora bingung sekaligus heran. Sebenarnya kawan nya itu orang berada loh, motor sport, barang barang branded, tapi kenapa ia mau saja berkerja di cafe yang gajinya saja bahkan tidak cukup untuk membeli jam tangan seperti yang temannya itu miliki.
Flora berjalan masuk kedalam cafe itu, saat pintu di buka, aroma kopi serta kue langsung masuk ke indra penciuman nya.
"Flo!" Flora menoleh ke asal suara. Di sana terlihat temannya tengah duduk dengan seorang gadis asing. Siapa gadis itu?
"Eh, Del." Sapa Flora.
"Nah, Flo. Kenalin. Ini Freya. Dan Freya, kenalin, ini Flora." Gadis bernama lengkap Reva fidela itu memperkenalkan gadis asing di depannya itu pada Flora.
Flora lantas menjulurkan tangannya, "Flora Syafiqa. Panggil Flo juga bisa." Ujar Flora tersenyum manis.
"Freyana Tamara. Biasa di panggil Freya." Flora mengangguk mendengar suara lembut dari gadis asing itu.
"Nah gini kan enak, udah kenal. Duduk Flo, mau pesan apa?" Tanya Adel menyerahkan buku menu pada Flora.
Dengan gerakan memegang perutnya, Flora berkata kenyang tanpa mengeluarkan suara, hanya gerak bibir saja.
"Yaudah, pesen minum aja. Gak enak gue, masa Lo gak mesen apa apa." Ujar Adel.
"Susu coklat aja." Kata Flora akhirnya.