Malam ini, setelah seminggu yang lalu Freya menyatakan perasaannya lebih dulu kepada Flora, Freya masih kepikiran apa yang membuat Flora menolak dirinya.
Freya sedang duduk di ruang keluarga rumahnya dan fokus pada laptop miliknya, meskipun pandangan nya fokus pada laptop, pikiran gadis itu melalang buana kemana mana.
"Frey.." Tiba tiba suara bariton milik ayahnya terdengar. Freya sontak mengalihkan pandangannya dari laptop yang sedari tadi menjadi fokusnya.
"Ya, yah?"
"Sini, ayah mau ngomong." Zeran menepuk spot kosong disamping nya agar Freya duduk di situ.
"Ada apa?" Tanya Freya. Dia sedikit was was pada ayahnya karena bayang bayang ayahnya menampar Jessi sungguh berbekas di ingatan gadis itu. Ia sungguh baru lihat sisi kasar dari ayahnya itu.
"Setelah kamu selesai dengan semester sekarang, kamu pindah kuliah di Aussie." Ujar Zeran to the point. Pake basa basi dulu kek minimal, kan Freya jadi kaget.
Freya jelas terkejut dengan apa yang ayahnya katakan, "Loh, bunda ga bilang ke ayah? Aku gak akan kemana mana yah, soalnya setelah aku lulus, bunda udah nyediain pekerjaan buat aku. Rumah sakit milik Oma lagi butuh dokter spesialis anak." Balas Freya setenang mungkin, ia masih berpositif thinking kalau ayahnya itu sedang bercanda.
Mimik wajah Zeran seketika berubah, dari yang tadi lembut, jadi berubah kasar.
"Apa apaan ini?! Gak ada. Kamu tetap akan berangkat ke Aussie apapun keadaannya. Teman ayah punya rumah sakit besar disana. Kamu kerja disana, ayah gak akan izinkan kamu untuk balik lagi ke Indonesia."
"Semuanya sudah ayah urus. 1 bulan lagi kamu berangkat." Sambung Zeran kemudian, setelahnya laki laki itu melenggang pergi meninggalkan Freya dengan mata yang berkaca kaca.
"Ayah kenapa jadi gini? Ini bukan ayah yang aku kenal. Kemana ayah yang selalu bersikap lembut dan penuh kasih sayang..." Monolog Freya, dia memandang punggung kekar ayahnya yang semakin hilang dari pandangannya.
"Sayang, are you okay?" Tiba tiba Chika datang dan langsung memeluk Freya.
Dari tadi sebenarnya Chika menguping pembicaraan antara anak bungsunya dengan suaminya itu. Dia sangat terkejut mendengar kalau suaminya ingin memindahkan anaknya itu ke luar negeri. Hey bahkan Zeran tidak ngomong apapun sama dia, mereka memang baik baik saja, tapi Zeran gak ngomong apapun tentang ini.
"Bunda, kok ayah jadi gini. Ada apa? Aku gak mau kalo harus pindah ke Aussie dan jauh dari bunda. Cici udah ke Australia, bunda pasti sendiri, aku gak mau itu." Tangisan Freya pecah di pelukan Chika.
"It's oke sayang, kamu gak akan kemana mana. Kamu akan disini sama bunda, don't worry dear, nanti bunda ngomong sama ayah." Chika mengelus lembut kepala Freya, dia jadi ikut bingung, sebenarnya apa sebab dari semua ini? Mengapa Zeran berubah menjadi arogan dan tempramen seperti ini. Dulu Zeran tidak seperti ini, dia selalu lemah lembut apapun keadaannya, tapi semenjak cekcok dengan Jessie kemarin, laki laki itu berubah menjadi kasar.
"Tenang ya sayang, bunda disini sama kamu."
***
Saat ini Flora sedang berada di teras rumahnya, baru pulang dari kerjanya. Hari ini ia shift sore dan pulang malam.
Flora duduk, memejamkan matanya dan menghembuskan nafas lelah. Akhir akhir ini banyak sekali masalah yang ia pikirkan. Tentang ancaman itu, Freya yang mengungkapkan perasaannya, kontrakan yang belum bayar, dan Olla yang tiba tiba berubah.