Pagi ini Flora sudah sampai di cafe tempatnya bekerja, di sebelahnya sudah ada Adel yang berdiri seraya menguap dengan lebar. Anak itu menahan kantuknya sebab semalam ia main bersama teman kampusnya hingga lupa waktu, berakhir ia tidur jam empat subuh tadi dan jam tujuh pagi udah di bangunin lagi karena kan harus kerja woy.
"Lo kalo masih ngantuk, mending pulang. Gue masih bisa ngehandle semuanya kok. Daripada Lo nguap nguap gitu, gak enak kalau diliat customer." Tutur Flora, dia memandang Adel yang kelopak matanya sudah mirip panda itu.
"Hah! Gak kok, gue gak ngantuk. Hoam. Sedikit deh." Adel menutup mulutnya yang terbuka lebar.
"Suka hati lo deh." Flora lebih memilih duduk di bangku yang berada di belakang mesin coffe grinder.
Sambil menunggu pelanggan datang, dia memainkan ponselnya, sekedar untuk melihat lihat Instagram. Lumayan, pake Wi-Fi cafe soalnya, kalau pakai data seluler mah dia gak mau, gak ada uang buat beli nya.
Saat tengah menscroll sosial media nya, ada chat masuk dari Jessie aka bos nya.
Ci Jessie (owner cafe moon)
Flora, nanti siang adik saya datang kesana.
Tolong di sambut dengan baik, ya.Ouh iya, baik ci Jessie.
Terimakasih ya Flora.
Sama sama ci Jessie.
Flora menyeritkan keningnya, tumben Freya kesini, biasanya gak pernah. Ah tapi siapa peduli, dia juga yang punya cafe ini toh. Intinya Flora harus nyambut Freya dengan baik.
***
"Frey nanti siang kita mau ke mall, kamu mau ikut gak? Sebenarnya sekalian cari cari referensi sih, soalnya kata Professor Beby Minggu depan kita bakal ada QnA seputar penyakit dalam." Ucap teman sefakultas Freya, Azizi.
"Aduh Zee, kebetulan aku gak bisa. Aku harus datang ke cafe Cici ku, gantiin dia buat control." Jawab Freya, tangan serta fokusnya tertuju pada tas yang sedari tadi dia acak acak isinya.
Perempuan dengan tinggi 166 itu menyeritkan keningnya, tumben sekali Freya mau ngurusin yang gak penting begini? Biasanya dia gak bakal mau ngebuang waktunya hanya untuk pergi ke cafe Cici nya dan memantau keadaan disana.
"Tumben. Biasanya kamu gak mau walaupun udah disuruh sama Cici mu." Pungkas Zee menatap Freya.
"Aduh Zee, mungkin aja Freya mau banting setir dari dokter muda ke wirausaha, kan siapa tau?" Sahut gadis bersurai panjang yang memakai cardigan berwarna cream serta rok berwarna senada.
"Aduh Muthe, kamu gak usah ngaco deh, kalo mau jadi wirausaha mah ngapain kuliah di FK?? Mending jurusan tata boga aja." Sewot Zee menatap Muthe.
"Hehe kan kali aja." Cengir Muthe.
"Enggak guys, aku gak jadi wirausaha kok. Aku tetep jadi Dokter muda, ini aku cuma nerusin usaha Cici ku aja. Lagi pula cafe itu kan udah atas nama aku." Kata Freya saat dia sudah menemukan barang yang sedari tadi ia cari, yaitu masker dan earphone.
Kedua gadis tadi mengangguk.
"Kalian naik apa pulangnya?" Tanya Freya pada dua temannya itu.