Selesai makan tadi, disinilah mereka berdua berada. Di taman favorit Flora. Iya, yang kemarin mereka datengin juga waktu kunjungan ke panti asuhan.
Couple itu duduk di bangku kayu, persis di tempat kemarin waktu mereka datang kemari.
"Sekarang kamu bebas mau cerita apapun ke aku. Kamu bebas mengekspresikan semuanya. Gapapa, aku bakalan dengerin semuanya."
Freya hanya diam saja mendengar ucapan Flora. Dia memandang kosong ke arah danau.
Tiba tiba sebuah tangan merangkul dirinya dan menariknya untuk masuk ke dekapan hangat. Inilah yang Freya benar benar suka dari Flora, walaupun Flora kaku dan tidak romantis, tapi dia tau caranya mengerti kepada sesama manusia.
Flora tau dimana saatnya dia harus mengeluarkan sifatnya yang seperti ini. Jika biasanya dia flat, Flora akan berubah drastis jika ada seseorang yang sedang membutuhkan dirinya seperti Freya sekarang ini.
"Gapapa kalo kamu mau nangis. Aku gak tau apa yang lagi kamu rasain, tapi satu yang harus kamu tau, kamu masih manusia, sayang. Gapapa kalau kamu mau nangis." Benar saja. Tangisan Freya langsung pecah. Gadis itu memeluk Flora dengan sangat erat, seperti ada beban berat yang sedang ia tanggung.
Flora membiarkan Freya menangis di pelukannya tanpa bicara sepatah katapun. Ia baru mau berbicara saat Freya sudah agak tenang nanti. Sekarang, biarkan saja Freya menangis terlebih dahulu.
Sekitar 10 menitan Freya menangis, anak itu baru bisa tenang dan melepaskan pelukannya pada Flora.
"Udah agak baikan?" Freya mengangguk. Flora tersenyum dan kemudian mencium kepala Freya.
"Mau cerita apa? Ayo, aku bakalan dengerin kamu," Ujar Flora lembut.
Freya menarik nafas dalam-dalam, sesak dadanya karena menangis.
"Ayah..." Ucapnya kemudian.
Flora hanya diam menunggu Freya melanjutkan perkataannya.
"Ayah mau pindahin aku untuk kuliah di Aussie. Aku bingung Flo, aku udah nolak sekeras itu tapi ayah tetap maksa aku. Bahkan bunda udah bantu aku untuk ngomong sama ayah, tapi apa? Ayah malah bentak aku dan bunda. Aku bingung.."
"Aku gak tau apa yang sebenarnya ayah mau dan ayah rencanakan untuk aku, tapi yang pasti, ini salah satu upaya biar aku jauh sama kamu. Aku gak bisa jauh dari kamu Flo, aku gak bisa ninggalin Jakarta dan semua teman teman aku. Cape harus berbaur dengan lingkungan baru," Ujar Freya, dari suaranya Freya seperti menahan tangisannya.
"Ini semester terakhir sebelum aku skripsian. Aku cape tertekan kayak gini. Cape harus selalu jadi sempurna dan nurut sama ayah. Aku cape Flo, aku harus bisa cumlaude karena ayah nuntut aku untuk lulus tepat waktu. Aku cape... Aku masih manusia, aku bukan robot yang apa apanya harus diatur."
Flora langsung memeluk Freya lagi saat tangisan anak itu kembali pecah.
"It's oke sayang, kamu tenang ya, aku gak bisa angkat bicara karena memang bukan aku yang ngalamin. Tapi kamu tenang ya sayangku."
"Aku cape Flo, aku harus gimana lagi biar ayah ga terus terusan nuntut aku."
"Nanti aku datang ke rumah, kamu yang tenang ya... Aku hadapin ayah kamu, aku lamar kamu biar kamu tetap disini sama aku."
"Ngga Flo, jangan. Aku takut ayah kasar ke kamu sama kayak ayah kasar ke Ci Jessie. Aku takut kamu kenapa napa."
"Gapapa sayang, aku rela asal kamu gak kayak gini terus. Sakit hati aku liat kamu nangis." Ujar Flora. Dia akan memantapkan hati untuk datang ke rumah Freya dan melamar Freya. So, selepas Freya selesai kuliah, dia akan menikahi Freya.