Jam sudah menunjukkan pukul empat sore lewat tiga puluh dua menit. Iya, sudah selama itu juga Flora menunggu kedatangan Freya.
Mereka berjanji untuk bertemu pukul satu siang, tapi ini sudah jam empat sore, mengapa Freya tak kunjung datang?
Flora sudah menspam chat di room chat nya dengan Freya, tetapi hanya tertanda ceklis 1 yang menunjukkan bahwa ponsel Freya tidak aktif. Bagaimana ini? Kemana kekasihnya itu? Mengapa tidak ada kabar sama sekali. Flora sudah menunggu Freya tiga jam lebih, tapi mengapa Freya belum ada tanda tanda akan datang.
"Kamu kemana? Kenapa gak ada kabar?" Monolog Flora seraya memandang room chat nya dengan Freya.
Perasaan Flora tak enak, tapi Flora masih berpositif thinking. Mungkin bentar lagi Freya sampai, atau sekedar memberinya kabar.
Cting!
Flora dengan gercep mengecek notifikasi yang masuk. Ia berharap itu Freya dan ternyata bukan.
Itu dari nomer yang tidak di kenal.
Flora melihat tak percaya pada isi pesan dari sang pengirim tak di kenal itu. Ulu hati nya serasa tertancap belati tajam serta beracun.
Air mata mulai mengumpul di pelupuk mata Flora, pandangan matanya juga jadi buram.
Flora menahan matanya agar tidak berkedip, karena kalau berkedip, air mata yang sudah menggenang itu pasti akan jatuh membasahi pipinya.
Dia tidak mau di tengah hiruk-pikuk nya tongkrongan Adel, dia sendiri yang merasa sedih. Dia tak mau merusak suasana, jadi Flora berdiri tanpa aba aba dan langsung melenggang pergi menuju motornya.
Sakit, ia ingin menangis sejadi jadinya tanpa mau orang lain tau dan lihat kalau ternyata Flora lemah dan cengeng.
"Flo mau kemana?!"
Flora berlari menuju motornya, mengabaikan suara Adel yang berteriak memanggil namanya. Flora memakai helm full face nya dengan brutal. Dia harus segera pergi, dadanya sudah sangat sakit karena menahan tangis.
Ia melajukan motornya dengan kecepatan kencang, seolah lupa kalau ia adalah anak baik yang tak pernah melanggar aturan berkendara.
Flora melajukan motornya di kecepatan 140 km/jam. Tak lama, hujan turun dengan sangat derasnya, Flora tak memperdulikan itu dan masih terus mengemudi dengan kecepatan tinggi.
Semesta seolah tau dan mendukung Flora untuk bersedih.
Flora terus melajukan motornya, ia mau pulang ke panti. Tak ada tempat aman selain di panti, tempat ia di besarkan.
Tak lama, Flora pun sampai di panti asuhan. Flora memarkirkan motornya sembarangan, melepas helmnya dan membuangnya sembarang.
Anak itu membuka pintu panti dengan kencang, ia tau adik adiknya pasti sedang berada di dalam kamar untuk sholat ashar, dia mempunyai kesempatan untuk menangis di pelukan Bu Ningsih sepuasnya.
Flora berlari dengan baju yang basah lepek, berlari menuju kamar ibunya dan membuka pintu secara kasar.
Bruk!!
Flora menubruk tubuh Bu Ningsih dan memeluknya erat.
Bu Ningsih yang baru saja selesai sholat ashar, menjadi terkejut mendapati Flora yang datang dengan baju basah lepek, dan memeluknya seraya menangis tersedu-sedu.
"Hey, kamu kenapa, nduk?" Tanya Bu Ningsih panik. Ini pertama kalinya ia melihat Flora nangis seperti ini.
Flora tak menjawab dan nangis makin kenceng.