Mentari pagi terbit dari ufuk timur, menyinari jendela yang berisi seorang gadis cantik nan manis yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Gadis itu merenggangkan otot otot tubuhnya, dan mematikan alarm yang berbunyi dari atas nakas nya. Setelahnya dia duduk sebentar di atas ranjangnya, mengumpulkan nyawa yang masih berceceran, tak lupa meminum segelas air putih yang sudah tersedia di atas nakas.
Hari ini ia ada jadwal kuliah pagi, ya gak pagi banget sih, sekitar jam 9 an lah.
Walaupun kelasnya masih lama, gadis itu aka Freya, sudah terbiasa bangun pagi pagi seperti sekarang. Dia minimal bangun jam 7 pagi.
Setelah selesai melakukan rutinitas pagi nya, Freya beranjak dari ranjang nya untuk segera mandi. Hari ini Adel tidak menginap di rumahnya, karena kan semalam dia bilang mau menginap di rumah Flora.
Freya berjalan ke arah kamar mandi, menutup pintunya, dan mulai mandi.
Cukup lama, sekitar 35 menitan, Freya baru keluar dari kamar mandi, dia menggunakan kimono handuk nya dan rambut yang masih meneteskan air.
Freya mengambil baju miliknya dan kembali masuk kedalam kamar mandi untuk memakainya. Setelah sudah, ia duduk di depan meja riasnya dan memulai rutinitas pagi hari nya yang lain, yaitu memakai skincare. Tidak lama, hanya 10 menit, setelahnya dia bersiap siap untuk turun kebawah, sarapan.
"Loh ayah??" Kaget Freya saat melihat Zeran yang ternyata sudah pulang dari dinasnya dan berada di meja makan bersama Chika.
"Morning honey!" Sapa Zeran tersenyum manis, sangat mirip dengan senyum Freya.
Freya balas tersenyum dan kemudian duduk di sebelah Zeran, hadap hadapan dengan Chika yang kini sedang sibuk menyiapkan sereal dan roti untuk sarapan sang anak tercinta.
"Ayah kenapa gak bilang aku kalau mau pulang? Kata nya lusa pulangnya." Zeran mengelus lembut kepala Freya.
"Kan mau surprise, kalo ayah bilang kamu, ga jadi surprise nya dong." Tutur Zeran masih mengelus lembut kepala Freya, tak ada yang aneh bagi Freya, ayahnya memang selalu lembut jika berbicara dengannya, selalu melakukan kontak fisik ntah itu mencium kening, mencium puncak kepala, mengelus lembut kepalanya. Pokoknya semua love language, Freya dapatkan dari sang ayah.
"Heum, bener juga." Jawab Freya sekenanya dan mulai memakan sarapannya.
"Ayah cuti kah habis ini? Apa bagaimana?" Tanya Freya iseng, ayahnya itu tugas dimana aja tapi jarang dan malah hampir ga pernah tugas di Indonesia, negara nya sendiri.
Zeran terlihat diam dan tak langsung menjawab seperti biasanya, "Selama beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun kedepan, ayah akan tugas di Indonesia. Ga akan keluar negeri lagi." Ucap nya kemudian.
Freya mengangguk paham dan melanjutkan sarapannya.
"Frey, beberapa Minggu lagi, cici udah harus berangkat ke Australia. So, cafe itu bakalan sepenuhnya jadi milik kamu. Di rawat baik baik ya, masalah ngegaji karyawan, kamu gak usah khawatir, Jeslyn bakalan bantu kamu untuk ngurus semuanya."
"Cici jadi S2 di Australi?" Tanya Freya pada Cici nya itu.
Jessi mengangguk dan meminum segelas susunya sebelum menjawab ucapan Freya, "Iya." Jawabannya kemudian.
"Jadi nya ambil jurusan apa ci?"
"Seni kuliner."
"Mau jadi apa kamu? Disuruh jadi jaksa gak mau, jadi diploma juga tidak mau. Malah mau jadi Chef. Anak pembangkang." Cetus Zeran tiba tiba.