Saat ini ketiga anak muda tadi sudah beralih ke rumah megah milik bapaknya Freya, yakali punya Freya, tuh anak aja baru esema.
"Sini Flo, masuk. Anggap aja rumah gue." Kata Adel yang membuat Freya menatap sinis dirinya.
"Mata tuh, sinis bener diliat liat."
"Ehm, Flo, mau—minum apa?" Tanya Freya mengabaikan Adel.
"Eh—gak usah. Tadi kan udah minum." Jawab Flora tak enak hati. Tadi kan di cafe udah minum, masa minum Mulu. Makan kek sekali kali, hehe canda.
"Gak papa, Flo. Biar ngobrol nya gak seret. Hari ini bokapnya Freya ada di rumah, dia kalo ngajak ngobrol orang bisa sampe seharian. Takut Lo dehidrasi." Itu Adel. Anak itu yang menyahut membuat Freya menatap malas dirinya.
"Apa aja boleh." Ucapnya kemudian.
Freya mengangguk dan melenggang pergi ke dapur.
Kini hanya ada Adel dan Flora.
"Del, ini serius gue boleh kesini? Maksud gue- maksud gue—ini sama aja rumah bos kita." Kata Flora tak enak. Dia berasa ga pantes aja duduk di rumah bos nya seperti ini.
"Ah elah, santai. Bos kita Freya, bukan bapaknya." Sahut Adel yang kini sudah duduk mengangkat kakinya, anak itu tengah memainkan ponselnya.
Flora diam tak lagi menanggapi omongan Adel.
"Flo, bentar. Ganti baju dulu gue, gerah." Setelah mendapat anggukan kepala dari Flora, Adel melenggang pergi ke kamarnya—kamar Freya lebih tepatnya.
Memang beberapa hari ini dia nginep di rumah Freya, itu disebabkan oleh papah nya yang sangat berisik menyuruh dia berhenti berkerja dan fokus kuliah saja karena kuliahnya sudah semester akhir dan sebentar lagi skripsi an.
Saat Adel pergi, mata Flora pun memperhatikan sekelilingnya. Di ruang tamu yang megah ini hanya ada beberapa furniture mewah seperti meja dari kayu jati yang diatasnya terdapat beberapa pajangan yang Flora taksir harganya mencapai puluhan juta atau bahkan ratusan juta. Terus ada lampu gantung berwarna emas yang tergantung di tengah tengah ruangan, ada sofa serta meja kaca, ada guci yang berukuran sedang, serta ada satu figura foto besar tergantung di dinding ruangan.
Di dalam figura foto itu, terdapat seorang laki laki paruh baya memakai baju PDH I dengan dua bintang yang berada disisi kanan dan sisi kiri bahunya, lengkap dengan topi khusus berwarna senada, berdiri di sisi kanan seorang gadis yang sekiranya seumuran sama Flora, alias itu Freya.
Disisi kanan Freya terdapat seorang wanita paruh baya yang memakai seragam guru berwarna coklat dengan rok bewarna senada. Sudah bisa dipastikan kalau itu adalah kedua orang tua dari Freya.
"Itu kedua orang tua aku." Flora tersentak kaget saat dengan tiba tiba Freya sudah berada di depannya dengan nampan yang berisi segelas jus mangga.
"Eh, sorry sorry, aku bikin kamu kaget ya? Ini jus mangga, diminum dulu. Kata Adel kamu suka jus mangga." Freya meletakkan segelas jus mangga itu di meja dengan senyuman yang siapa saja akan diabetes jika melihatnya terus menerus.
"Hehe, gapapa. Cuma kaget aja tiba tiba kamu udah berdiri di depan saya." Ujar Flora, dia mengusap tengkuknya canggung. Ini keluarga ga main main nih, isinya orang berprestasi semua.
"Aku kamu aja, gapapa, gak usah terlalu formal." Kata Freya, kini dia sudah duduk di sofa singel yang berada di sisi kiri Flora.
"I-iya." Jawab Flora sekenanya.