Menjadi pemimpin perusahaan membuat Lee Jeno harus merelakan waktu berharganya bersama putra semata wayangnya. Tak tega melihat Rui hanya menghabiskan waktu dengan golden retriever kesayangannya setiap hari, Jeno pun mencarikan penjaga yang mampu me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Good luck, Ahjumma! Waduh, wajah Papa terlihat masam sekarang. Papa jangan galak-galak yaa~ Ahjumma itu sudah belikan Rui dan Maui es krim. Meski es krim murahan di warung hehehe Rui permisi mau mandi, sudah bau matahari. Adiós, mi gente!" Rui mengakhiri kalimatnya dengan memberi hormat kepada Papanya juga kepada Haechan, tapi pada Haechan sambil dibarengi dengan senyuman miring jahilnya.
Haechan mengumpat dalam hatinya. Memang tadi ketika mereka tiba di depan gerbang tinggi dan memasuki kawasan rumah mewah itu Haechan sudah mulai curiga. Jangan-jangan memang Rui ini anak chaebol. Benar saja, chaebol bukan sembarang chaebol karena ternyata Papa Rui adalah pemilik K-ICE, perusahaan tempat dia bekerja. Tidak sekarang karena sudah berhenti.
Rui pun seakan sengaja tidak memberitahu Haechan tentang keluarganya, tentang Papanya seakan sudah menyiapkan kejutan di akhir. Dia melakukannya. Sudah ditraktir es krim, ditemani bermain, diantar pulang. Naik bis yang berjam-jam dan Haechan sedang tidak dalam perasaan yang baik karena baru saja kehilangan pekerjaannya.
Rui juga jelas bukanlah anak yang bisa dengan mudah ditangani. Percayalah, Haechan sudah pernah mencoba pekerjaan itu dengan bekerja part-time di daycare. Haechan berhenti tepat di 3 hari dia bekerja di daycare karena kegaduhan dan kebisingan anak-anak membuatnya ingin menghancurkan benda-benda yang ada di sekitarnya. Pekerjaan itu sangatlah tidak cocok dengan kesabarannya yang hanya setara sebutir pasir.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak!" Kata Haechan membungkukkan badannya dan buru-buru memutar tubuhnya hendak meninggalkan rumah tersebut. Untuk apa lagi kan dia ada di sana? Rui sudah masuk ke dalam kamarnya. Anak kurang ajar itu.
"Tunggu."
Deg,
Jantung Haechan seperti berhenti berdetak selama beberapa detik mendenga suara rendah pria itu. Mengguncangkan jiwa, raga, batin Haechan karena selama ini yang selalu bisa menggetarkan hatinya adalah suara rendah milik Jeon Wonwoo saat dia bicara dan menyanyikan rap part-nya. Kebanyakan lewat layar televisi juga, tidak secara langsung seperti saat ini.
"Y-ya? Ada lagi yang ingin anda tanyakan, Pak?"
"Bisa ikut saya ke ruangan saya? Saya ingin bicara."
"Sekarang, Pak? Harus di ruangan Bapak ya? Kenapa tidak di sini saja, Pak? Saya takut dibunuh Bapak hehe"
Para pelayan yang masih ada di sana bersama mereka mati-matian menahan tawa bukan hanya karena perkataan Haechan tapi ekspresi dan gerakan tangannya yang begitu panik saat mengatakannya. Wajar saja. Mereka pun waktu awal-awal bekerja dengan Jeno memiliki tekanan yang sama karena pembawaan pria itu. Dia diam saja sudah menakutkan bagi mereka. Tapi setelah lama bekerja dengan Jeno, orang-orang akan menyadari kalau dia tidak 'sedingin dan sekejam' kelihatannya.