Menjadi pemimpin perusahaan membuat Lee Jeno harus merelakan waktu berharganya bersama putra semata wayangnya. Tak tega melihat Rui hanya menghabiskan waktu dengan golden retriever kesayangannya setiap hari, Jeno pun mencarikan penjaga yang mampu me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Harusnya Jeno senang karena diajak makan siang oleh Haechan, sampai dia harus membatalkan agenda makan siangnya dengan pejabat pemerintahan. Tapi Jeno tidak sama sekali khawatir dengan pembatalan sepihak itu karena toh mereka yang membutuhkannya jadi mereka yang harus menyesuaikan waktu mereka dengan waktu Jeno. Mereka tidak akan bisa marah pada pria itu karena Jeno dan K-ICE merupakan bagian penting dalam pembangunan dan perekonomian negara.
Kembali lagi pada acara makan siang Jeno dengan Haechan dan Rui. Yang harusnya dia senang tapi wajahnya tidak menunjukkan kalau dia senang. Memang sudah salah dia mengajak Haechan untuk ikut dengannya ke tempat pemotretan Seventeen dan bertemu dengan 'suami halu-nya'. Lihat saja ponsel Haechan yang sebelum-sebelumnya selalu dia telungkupkan sekarang malah dipamerkan layarnya. Tiap ada notifikasi masuk, layarnya akan menyala. Haechan sudah mengganti lockscreen dan wallpapernya dengan foto selca-nya bersama Jeon Wonwoo. Seorang fangirl garis keras tidak mungkin akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kalau perlu ingin dia pamerkan ke semua platform media sosial miliknya tapi tidak, hal seperti ini harus dia simpan sendiri dan nikmati sendiri. Ah nanti mau dia tunjukkan juga pada Appa-nya saat dia pulang ke rumah.
Begitu makanan pesanan mereka datang, Haechan langsung berinisiatif mengaturkan meja makan untuk mereka bertiga, yang terlebih dahulu dia prioritaskan adalah alat makan serta mangkuk nasi milik Jeno dan Rui, kemudian lauknya. Mengaturnya sambil berdiri membuat Jeno memandanginya dengan serius. Dan Rui menangkapnya. Anak itu tersenyum miring sebelum berkata:
"Papa... jangan serius begitu melihatnya."
"Melihat apa?" Tanya Haechan yang tidak tahu-menahu karena dia sendiri hanya fokus mengatur meja makannya.
Telinga Jeno seketika memerah. Melihat itu makin lebarlah senyuman Rui. Sepertinya ada satu hal yang harus dia masukkan ke dalam daftar kegiatannya setiap hari. Yaitu menggoda Papanya.
"Makanan Ahjumma! Papa sepertinya sudah kelaparan makanya begitu serius melihati makanan yang ada di atas meja. Iya kan, Papa?"
"I-iya, saya sudah lapar. Mari kita makan..."
Dan Rui pun terkikik geli melihat Papanya yang mulai salah tingkah. Bahkan mengambil sup pun memakai sumpit bukan sendok. Alangkah bahagianya Rui menggoda Papanya itu sementara Haechan hanya bisa kebingungan melihat tingkah boss-nya juga Rui.
"Maaf Pak hanya bisa mengajak anda dan Rui makan siang di tempat seperti ini. Saya rasa seumur hidup anda baru kali ini anda makan di restoran kecil seperti ini kan?"
"Tidak apa-apa Ahjumma. Lebih baik makan di sini daripada Papa makan rumput." Potong Rui yang tidak membiarkan Jeno bicara.
Tapi memang benar, belakangan yang bisa dia telan hanyalah salad. Dia kehilangan selera makannya karena terlalu sibuk bekerja, tapi makanan yang tersedia di atas meja makan jelas membuatnya ngiler. Satu kali makanan itu masuk ke dalam mulutnya, Jeno jadi tidak berhenti untuk makan. Dia menghabiskan satu mangkuk nasinya. Haechan tersenyum puas karena merasa restoran rekomendasinya ternyata disukai Jeno dan Rui terlepas dari status sosial mereka. Atau mungkin memang karena baru kali ini makanan rumahan masuk ke dalam perut mereka makanya mereka jadi begitu menikmatinya.