• 017 •

5.9K 679 99
                                        

"Sajangnim? Kenapa? Anda baik-baik saja? Rui butuh sesuatu, sajangnim? Mau saya cek ke rumah??"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sajangnim? Kenapa? Anda baik-baik saja? Rui butuh sesuatu, sajangnim? Mau saya cek ke rumah??"

Asisten pribadinya tiba-tiba panik sendiri melihat bosnya yang diam memaku dengan tatapan kosong, setidaknya selama 15 detik sampai asisten pribadinya itu harus menyentuh pundak Jeno agar jiwa pria itu kembali ke raganya.

"O-oh kenapa?"

"Sajangnim yang kenapa? Tiba-tiba mematung begitu? Mau saya pergi cek Rui di rumah, sajangnim?"

"Tidak... tidak, bukan itu. Sudahlah, kita lanjutkan saja pekerjaan kita. Ada schedule apa hari ini? Berakhir jam berapa? Kalau bisa saya ingin mengakhiri schedule hari ini sedikit lebih cepat."

"Kalau kita maksimalkan sebelum makan siang, saya rasa bisa sajangnim... anda bisa pulang cepat."

"Oke! Jadi dimulai dari mana dulu? Saya harus kemana saja hari ini? Cepat."

Asisten pribadinya diam-diam menahan tawanya. Pria itu selalu totalitas dalam bekerja, tidak pernah mau membuang sedikit pun waktunya untuk melakukan hal-hal lain kecuali yang berhubungan dengan pekerjaannya. Rui memang prioritas tapi pekerjaan selalu lebih banyak mengambil tenaga dan waktunya. Jeno itu pekerja keras. Apapun yang berkaitan dengan pekerjaan tidak akan pernah dia lewatkan. Tidur 6 jam dalam seminggu pun pernah, saat itu ada proyek besar dan Jeno tidak keberatan dengan hal itu. Saking gilanya Jeno dengan pekerjaannya. Tapi sekarang malah banyak melewatkan pekerjaannya juga selalu ingin lebih cepat pulang.

Pekerjaan memang tidak ada yang terbengkalai, asisten pribadinya cukup terkejut dengan perubahan drastis bosnya itu. Turut senang juga karena dengan begitu dia bisa punya waktu untuk bernafas. Karena bukan perkara mudah untuk menjadi asisten pribadi seorang Lee Jeno. Dia bahkan sampai sekarang tidak punya waktu untuk bekerja saking sibuknya dia bekerja. Apakah dia harus berterima kasih pada Haechan untuk hal ini? Karena Asisten Min tahu Jeno jadi begini karena ulah pengasuh Rui yang sekarang telah menjadi kekasihnya.

"Iya sajangnim... kita bisa mulai dulu dengan mengunjungi bandara Gimpo. Perihal bis airport baru."

"Oh ya benar yang tadi malam kau beritahukan pada saya... ayo berangkat sekarang. Saya tidak mau membuang-buang waktu saya."

"Iya sajangnim..."

Sementara itu di rumah Haechan sudah kehilangan mukanya. Berteriak seperti itu, tepat di depan Rui dan sekarang dia sudah jadi bulan-bulanan si bocah.

"Coba coba... katakan lagi Ahjumma! Bagaimana Ahjumma memanggil Papa tadi? Sayangg?? HAHAHAHAHA Ayo Ahjummaaaa, katakan sekali lagiiiii..."

"Mau pergi ke pantai tidak?? Aku akan menyiapkan barang-barangmu terlebih dahulu."

"WUFF WUFF WUFFF!!"

"Oh iyaaa... maafkan akuu, Maui juga. Barang-barang Maui juga."

"Sayaaangggg..."

Haechan berjalan cepat menjauhi Rui dengan kedua telinganya yang dia tutup dengan tangan. Sungguh, anak itu tidak akan berhenti menggodanya. Bahkan mungkin lebih parah nanti kalau ada Papanya.

Babysitting Boss's Son • NoHyuck •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang