Menjadi pemimpin perusahaan membuat Lee Jeno harus merelakan waktu berharganya bersama putra semata wayangnya. Tak tega melihat Rui hanya menghabiskan waktu dengan golden retriever kesayangannya setiap hari, Jeno pun mencarikan penjaga yang mampu me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesuai janjinya, Jeno mengantar Haechan kembali ke Daejeon pada malam itu. Tidak ada percakapan apapun karena Haechan malah tidur di sepanjang perjalanannya. Jeno bisa memaklumi karena seharian ini dari pagi dia sudah pergi bersama Rui ke Daejeon, lalu kata Haechan tadi pada saat mereka berjalan kaki ke rumah mereka sempat membantu Appa Taeil di restoran sebelum pergi ke arena motocross yang mana fotonya sudah dilihat oleh Jeno. Foto Haechan dan Rui dengan outfit pembalap yang difotokan oleh asisten pribadinya, baru masuk saat Jeno dan Haechan dalam perjalanan ke Daejeon. Itupun ketika Haechan sudah tertidur pulas.
Senyuman lebar pun menghiasi wajah Jeno dengan pandangannya yang lurus ke depan. Tetap harus fokus berkendara demi keselamatannya juga wanita yang sedang tertidur di sampingnya. Sesekali melirik wajah damai Haechan ketika tidur, mengambil tangan wanita itu dan menggenggamnya sampai mereka memasuki area Daejeon.
Insting Haechan bisa dikatakan bagus, karena meski dia tertidur lelap setiap berada di dalam mobil Jeno ketika perjalanan pulang, Haechan bisa langsung terbangun tepat setelah beberapa saat mereka memasuki area Daejeon. Tahu kapan harus bangun tanpa perlu dibangunkan. Ketika Haechan membuka matanya, tangannya masih digenggam oleh Jeno. Haechan sama sekali tidak keberatan, bahkan dia membalik telapak tangannya agar jari-jarinya bisa bertautan dengan jari-jari milik Jeno.
"Tidak ingin denial lagi?"
"Tidak! Saya takut Bapak akan cuek lagi jadi saya tidak mau menyangkalnya. Saya juga bisa seperti Bapak tahu! Saya juga bisa menunjukkan kalau saya menyukai Bapak."
"Memangnya terlihat jelas? Kemarin-kemarin saya sudah beri banyak kode, oh bahkan bersikap terang-terangan. Ayahmu saja langsung paham, tapi kau tidak paham-paham juga."
"Maklum Pak, setengah hidup saya saya habiskan berhalusinasi dengan bias saya hehe ditambah saya tidak pernah pacaran dari lahir. You know Pak? Single since birth? Nah itu! Jadi harap maklum kalau saya tidak mengerti kode yang anda berikan. Saya saja diberitahu Appa baru mulai sadar ahahaha tapi apakah itu harus dipermasalahkan sekarang, Pak?"
"Tidak... yang terpenting adalah bagaimana kita menjalaninya sekarang, bagaimana kita kedepannya juga. Mari kita bersama sampai waktu yang lama. Kenapa ekspresimu seperti itu?" Kata Jeno bertanya di akhir kalimatnya karena Haechan menatapnya dengan kedua matanya yang berbinar dan bibirnya yang sedikit maju ke depan. "Apa saya salah bicara?"
Haechan merespon dengan menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Pak, sekali lagi saya seorang fangirl biasanya mendengar idol saya mengatakan itu juga, mari kita bersama-sama dalam waktu yang lama, menua bersama. Tapi anda tahu idol saya mengatakannya bukan hanya pada saya. Itu kalimat yang diucapkan untuk jutaan fans yang lain jadi maaf Pak kalau saya sedikit berlebihan, tapi saya terharu... seorang pria akhirnya mengatakan hal itu pada saya. Saya seorang... ehm, hanya pada saya kan Pak? Bapak tidak mengatakannya pada fans-fans Bapak atau wanita lain kan??"