Menjadi pemimpin perusahaan membuat Lee Jeno harus merelakan waktu berharganya bersama putra semata wayangnya. Tak tega melihat Rui hanya menghabiskan waktu dengan golden retriever kesayangannya setiap hari, Jeno pun mencarikan penjaga yang mampu me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hening kembali menyapa saat Haechan sudah berada di dalam mobil bersama Jeno. Semalam pun seperti ini situasinya dan Haechan tidak tahu harus bagaimana membuka percakapan dengan bosnya tersebut jadi dia hanya diam dan memandang ke arah luar jendela, mana tahu ada hal menarik yang dia dapati selama perjalanan mereka ke Seoul.
"Saya tidak tahu kalau kepala kantor cabang di Daejeon bisa sebegitu kurangajarnya pada karyawan. Apa dia melecehkanmu selama kau bekerja di sana?"
"Tidak secara langsung, Pak... lewat perkataan sering juga tatapan mata dan ekspresinya, kadang membuat saya seram sendiri tapi daripada tidak bekerja saya berusaha untuk menahannya. Mungkin kemarin saya sudah di ambang batas maka dari itu saya sampai mengata-ngatainya dan keluar dari perusahaan. Maaf Pak, saya sudah sempat menghujat anda karena berpikir anda sungguh memangkas dana ke kantor cabang. Saya lelah Pak. Sudah lembur, kerja keras bagai kuda, gaji dipotong 10% tanpa pemberitahuan. Bagaimana saya tidak emosi?"
Jeno yang memang sudah daritadi menahan amarahnya pun tambah emosi mendengar penjelasan Haechan. Ini bukan hanya karena Haechan, kalau tikus busuk seperti Pak Jong dibiarkan berlama-lama di perusahaan, nama K-ICE bisa tercoreng.
"Image dan reputasi K-ICE sangat baik di mata masyarakat. Tidak akan saya biarkan orang-orang seperti kepala cabang Daejeon itu merusak image dan reputasi K-ICE yang sudah susah payah kami bangun. Kantor cabang lainnya akan kami periksa juga. Tidak boleh ada bagian busuk di dalam perusahaan, semua yang busuk akan disingkirkan. Kau tidak perlu khawatir mengenai Pak Jong. Dia akan menerima hukuman yang pantas atas perbuatannya, termasuk aksi melecehkan dan mengancammu."
Jeno memang tidak menaikkan suaranya, tidak juga berteriak heboh tapi cara bicaranya membuat Haechan merinding saking dinginnya Jeno saat bersuara. Pandangannya pun tetap lurus ke depan, tanpa ekspresi sama sekali. Memang mencirikan aura pemimpin yang sesungguhnya.
"Iya Pak, terima kasih..."
Apalagi yang bisa Haechan katakan? Untuk saat ini dia tidak mau terlalu banyak mulut. Yang penting urusannya dengan Pak Jong telah selesai, pikirnya begitu karena Jeno sendiri yang mengatakan kalau dia tidak akan membiarkan Pak Jong berbuat macam-macam.
Mobil Jeno pun melesat menuju Seoul, tanpa ada pembicaraan lebih. Jeno sedang mengatur rencana untuk mengurus kasus di kantor cabang sampai selesai, pria itu banyak berpikir, setiap hari memang banyak berpikir untung tidak sampai mengalami kebotakan dini. Jeno seperti itu, jika mendapati ada masalah terlebih ini perusahaan besar yang sedang ia pimpin, Jeno ingin memastikan masalah-masalah tersebut dengan cepat bisa dia selesaikan. Tidak mau dia menunda-nunda menyelesaikannya. Lalu tiba-tiba saja sesuatu muncul di depan wajahnya, Jeno terpaksa melihatnya.
"Ini permen favorit saya,Pak... saya punya riwayat gula rendah jadi permen ini selalu ada di dalam tas saya, mungkin Bapak mau satu. Saya jarang mau membagi permen favorit saya pada orang tapi akan saya beri satu pada Bapak, biar Bapak sedikit lebih rileks. Dahi Bapak berkerut soalnya hehe jangan terlalu stres Pak, tidak ingin botak tengah kan?"