28. Gerak Diri Bintang

623 58 129
                                    

Jemari tangan kanan Bintang membuka lembar demi lembar halaman yang berada di dalam binder catatannya. Binder itu baru dibuka setelah dibawa dari rumah beberapa minggu lalu. Ada salah satu mata pelajaran SMA yang sama dengan mata kuliah saat ini. Gerakan tangan Bintang terhenti sejenak saat melihat tulisan tangan Alrescha berada di salah satu lembar binder-nya.

"To. The 🌟 of Sakura Gyoen B.6 No.8

Aku dan kamu berbeda.
Aku yang terkadang tanpa kata, sementara kamu yang selalu berbahasa.

Aku dan kamu tidaklah sama.
Aku yang tidak bisa mencintai dengan sederhana, dipertemukan denganmu yang selalu apa adanya.

Kita adalah ketidaksamaan.
Walau begitu banyak pembeda di antara kita, semoga kita bisa selalu berjalan bersama--selamanya.

With love,
Alrescha Nataya."

Kedua sisi bibir Bintang terangkat. Menyunggingkan senyum sambil membaca deretan kata yang ditulis apik oleh Alrescha. Perlahan namun pasti, degup jantung Bintang berdetak lebih cepat. Imbas dari beberapa parafrase indah karya kekasihnya.

"Bi, Happy udah nunggu di depan," tutur Mega sebelum masuk ke kamarnya dan Bintang.

"Iya, Kak," sahut Bintang singkat. "Aku berangkat dulu, Kak."

"Eh, nanti acaranya jam berapa?" tanya Mega ingin tahu.

"Evaluation Show Dance? Jam 3 sore, Kak," jawab Bintang.

"Oke. Kakak nonton nanti."

"Thanks, Kak."

Bintang berlari kecil sembari membawa binder yang berisi prosa singkat dari Alrescha. Meski ia belum menemukan catatan yang dicarinya. Kata-kata indah yang ditulis oleh Alrescha sedang menari-nari di kepalanya. Mencoba menggeser segala materi perkuliahan yang sudah dihapal Bintang sedari kemarin untuk ujian akhir semester hari ini.

"Ayo!" seru Happy saat Bintang sedang memakai sepatu kesayangannya.

"Bentar," kata Bintang singkat seraya tersenyum bahagia.

"Habis diapain Bang Alres, Lu? Senyum-senyum terus dari tadi," olok Happy.

Bintang segera duduk di jok belakang motor matik Happy, "Hari ini mau ketemu sama Bang Alres. Kangen."

"Halah. Baru tiga hari nggak ketemu. Gue nih, udah sepuluh hari nggak ketemu Bang Arash. So sad," cerita Happy sambil melajukan motornya ke arah kampus.

"Sabar. Sebentar lagi ketemu Bang Arash," tutur Bintang menenangkan Happy.

"Deg-degan, nih, bayangin acara nikahannya Mbak Dia sama Bang Aksa," ujar Happy.

"Pasti. Pejabat semua yang datang. Kayak mimpi tahu nggak?" sahut Bintang lagi.

"Mimpi yang menjadi kenyataan, Bi."

"Alhamdulillah."

"Next, gue. Soon."

"Kuliah dulu kali."

"Bisa dibicarakan nanti."

"Ish!"

♡♡♡

Bintang memainkan pulpen kembali setelah selesai mengerjakan ujiannya. Ia kembali meneliti jawaban-jawaban di kertas ujiannya sebelum dikumpulkan. Diliriknya jam tangan yang sudah menunjukkan pukul dua lebih dua puluh menit. Sepuluh menit lagi bel akan berbunyi--menandakan ujian hari terakhirnya akan usai.

Seulas senyum Bintang tersungging kecil. Melihat pesan Alrescha yang terbaca dari jam tangan pintarnya. Jam tangan pemberian Alrescha yang disesuaikan dengan merek ponsel pintar milik Bintang. Jam tangan yang juga dimiliki oleh Alrescha meski dengan tipe seri yang berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlreschaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang