Helaan napas Happy berembus ketika melihat pesan-pesan yang dikirimkannya kepada Arash belum juga berbalas. Setelah Arash menelepon kemarin malam, sejak saat itu hanya tanda centang yang menyambut pesan-pesannya. Tanda mati yang menyatakan bahwa pesannya tidak akan dibaca hingga waktu tak tentu.
"Masya Allah, Ibu menteri cantik banget," puji Lina saat melihat berita online di salah satu akun sosial media.
Ratih mengernyit, "Emang ada gitu Ibu menteri cantik? Perasaan udah tua semua, deh."
"Eh, walau udah tua tapi ada loh yang masih awet muda dan cantik," timpal Ria.
"Mana lihat." Estri melongok ke layar smartphone Lina. "Kayak pernah lihat dimana gitu."
"Di TV, lah, pasti. Ini tu istrinya Pak Menhan, Bapak Reshwara Abi Nataya. Punya anak laki nggak, ya? Mau gue jadi mantunya," ujar Lina sambil tersenyum-senyum.
"Khayal," sahut Happy dalam mode bad mood.
"Mengkhayallah setinggi langit, Hap. Siapa tahu Allah mengabulkan," tambah Lina bersemangat.
"Habis itu Lo jatuh ke jurang. Mati nggak Lo?" Happy mendahului teman-temannya untuk menengok Bintang yang sedang mengikuti ujian tengah semester susulan.
"Semelekete!" celetuk Lina yang diartikannya sama seperti kata 'sialan'. "Eh gaes, nama belakangnya Pak Menhan kayak nggak asing, deh."
"Kan. Gue bilang juga apa. Nataya ...." Estri mencoba mengingat sambil menyusul Happy.
"Ryota Alrescha Nataya," ucap Ria yang membuat Lina, Ratih, dan Estri menoleh ke arahnya.
Estri menambahkan, "Reksa Arashi Nataya. Anjiiir!"
"Siapa lagi tu?" tanya Ratih tak tahu.
"Pacarnya Happy," jawab Estri yang begitu mengidolakan Arash, Pampampres terganteng yang sedang naik daun.
"Ambyaaar...." Lina berlari mengejar teman-temannya yang menyusul Happy.
Ketika mereka berhasil mengejar Happy, bermacam pertanyaan langsung terlontar. Membuat Happy semakin ingin berteriak marah.
"Hap, mertua Lo Pak Menhan?"
"Bang Arash sama Mas Alres anaknya Pak Menhan?"
"Happy, beneran ini?!"
Happy menghela napas sambi menatap kesal teman-temannya, "Guys, please! Jangan kampungan, deh. Malu gue."
"Makanya dijawab, Hap," desak Lina.
"Noh, tanya langsung sama Bang Alres. Biar Lo semua puas!" gerutu Happy sebelum menghampiri Alrescha.
"Cocok." Ria dan Lina serempak menyahut.
Happy menoleh ke arah pintu ruang dosen sebelum duduk di samping Alrescha. Wajahnya masih merengut. Membuat Alrescha mengulum senyum saat melihatnya.
"Nanti, kan, ketemu sama Bang Arash," kata Alrescha menenangkan.
Hembusan napas Happy meluncur dengan kasar, "Sesibuk itu, ya, Bang? Cuma balas pesan, kan, nggak ada semenit."
"Kalau nggak sibuk pasti langsung dibalas." Alrescha menyahut santai sambil memandang teman-teman Bintang yang sedang tersenyum malu-malu kepadanya.
"Pagi, Mas Alres," sapa Lina, Ria, Ratih, dan Estri serempak.
Alrescha tersenyum ramah, "Pagi."
"Bang, nggak usah dijawab salam mereka. Basa-basi palsu itu. Entar ujung-ujungnya bikin malu Bang Alres," kata Happy yang langsung mendapat tabokan dari Lina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alrescha
Roman d'amourDear my Pres BEM, Kita adalah sepasang orang asing yang Semesta satukan dalam satu rasa. Rasa rindu yang terbelenggu oleh cinta semu. Meski Semesta telah membuat kita menjadi satu, namun rasa rindu itu masih saja menggebu. Aku tak akan meminta balas...