"Wah! Akhirnya ada yang boncengin juga itu motor," ledek Pak Tarno, salah satu penjaga parkir di Kampus Biru.
Untuk pertama kalinya, Pak Tarno melihat Alrescha memboncengkan perempuan. Ia pun teringat akan ucapan Alrescha kala itu. Alrescha pernah mengatakan bahwa hanya ada dua wanita yang diijinkan untuk membonceng motor kesayangannya. Bia, ibunya, dan juga calon istrinya kelak. Hal yang membuat Pak Tarno semakin kagum akan sosok Alrescha.
Alrescha tersenyum dari balik helm full face-nya, "Iya, Pak. Permaisurinya baru datang!"
"Paten, Mas Alres?" tanya Pak Tarno memastikan, apakah perempuan yang Alrescha boncengkan itu adalah calon istrinya atau bukan.
"Paten, Pak. Nggak bisa diganggu gugat!" sahut Alrescha saat menerima pengembalian KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) yang juga berfungsi sebagai bukti parkir.
"Bapak tunggu undangannya, Mas."
"Siap, Pak!"
Bintang tersenyum kikuk kepada Pak Tarno ketika motor Alrescha mulai melaju meninggalkan area parkir motor. Ia tersentak, ketika tangan kirinya ditarik oleh Alrescha untuk berpegangan erat. Dengan malu Bintang mendekap erat Alrescha dari belakang setelah menutup kaca helm yang dipakainya. Ia menyandarkan kepalanya di punggung Alrescha dengan sangat nyaman. Aroma tubuh Alrescha seakan mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi Bintang. Tak peduli jika banyak mata yang memerhatiknnya bersama Alrescha.
Tangan kanan Bintang membuka kaca helm kala motor Alrescha mulai memasuki kawasan Ryotasoft. Kepalanya mendongak. Memandang tulisan Ryotasoft yang berada di salah satu ujung gedung megah saat melewatinya. Pandangannya mengedar, memerhatikan betapa besar dan mewahnya Ryotasoft. Rasanya ia tak sabar untuk segera melihat apa saja yang ada di dalam gedung megah itu.
Setelah melepas helm full face-nya, Alrescha turun dari motor. Ia segera membantu Bintang yang sedang kesulitan membuka pengait helm. Helm itu masih baru. Karena Alrescha sengaja membelinya sebelum berangkat ke kampus. Helm yang merupakan hadiah pertama Alrescha untuk Bintang.
"Susah!" keluh Bintang setelah berhasil melepaskan helm dari kepalanya.
Alrescha tersenyum sebelum membantu Bintang merapikan rambut, "Enggak ada yang susah, Bi! Helmnya kan masih baru. Bintang belum biasa saja."
"Pakainya kalau sama Abang aja nanti," kata Bintang yang semakin membuat Alrescha gemas.
"Nggak usah monyong-monyong begitu bibirnya! Bikin Abang pengen ngecup tahu!" ledek Alrescha.
Bintang menabok lengan Alrescha karena sebal, "Ih, Abang!"
Alrescha tertawa. Tangan kanannya segera menggandeng salah satu tangan Bintang untuk masuk ke dalam kantor. Sedang tangan kirinya memasang earphone ke telinga saat merasakan getaran dari smartphone di saku celana. Dan Bintang hanya mengikuti langkah Alrescha seraya mengagumi kemegahan Ryotasoft.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrescha
RomanceDear my Pres BEM, Kita adalah sepasang orang asing yang Semesta satukan dalam satu rasa. Rasa rindu yang terbelenggu oleh cinta semu. Meski Semesta telah membuat kita menjadi satu, namun rasa rindu itu masih saja menggebu. Aku tak akan meminta balas...