Dear my Pres BEM,
Kita adalah sepasang orang asing yang Semesta satukan dalam satu rasa.
Rasa rindu yang terbelenggu oleh cinta semu.
Meski Semesta telah membuat kita menjadi satu, namun rasa rindu itu masih saja menggebu.
Aku tak akan meminta balas...
Alrescha membetulkan posisi topinya setelah mengenakan kacamata hitam. Ia berjalan santai di samping Tama yang sedang menelepon sembari menyeret koper. Pun Alrescha. Menarik koper besar berwarna navy blue kesayangannya yang telah dipenuhi sticker dari beberapa negara yang telah dikunjungi. Keduanya berjalan menghampiri supir kantor yang telah menunggu di area parkir Bandara Soekarno Hatta.
"Langsung ke kantor, Pak?" tanya Pak Budi, supir pribadi Alrescha di Ryotasoft.
Tama dan Alrescha serempak menjawab, "Iya, Pak."
Pak Budi tersenyum melihat kekompakan dua bos besarnya itu. Perlahan, ia melajukan mobil SUV mewah milik Alrescha keluar dari tempat parkir. Sedang Tama menolehkan kepala ke belakang. Memerhatikan Alrescha yang sedang mengaktifkan smartphone. Sesaat setelah smartphone-nya aktif, Alrescha menatap lekat layar datar smartphone itu. Memandang foto Bintang yang diambil saat menemaninya di apartemen. Foto yang selalu menjadi lock screen wallpaper sejak saat itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau kangen, samperin. Jangan cuma natap fotonya doang," kata Tama mengulang nasehatnya beberapa hari lalu.
"Kangen, tapi nggak pengen ketemu sekarang," sahut Alrescha.
Alrescha membuka semua notifikasi yang muncul di smartphone pribadinya. Ia membaca semua pesan Bintang yang telah dikirim sejak keberangkatannya ke Jepang seminggu lalu. Alrescha sengaja menon-aktifkan smartphone pribadinya selama berada di Jepang. Ia hanya menggunakan smartphone yang biasa dipakai untuk urusan pekerjaan. Seakan ingin menghindar dari segala hal yang berhubungan dengan Bintang.
Tama terkekeh mendengar sahutan lucu dari Alrescha, "Kangen rasa gengsi?"
"Bukan gengsi, Mas. Tapi kesel aja," tutur Alrescha yang masih menyimpan rasa kesal kepada Bintang, "cuma diakuin sebagai temen. Nyesek tahu, Mas!"
"Kamu bilang, Bintang kayak gitu karena sudah janji sama Mamanya buat nggak pacaran selama kuliah." Tama mengingat kembali cerita Alrescha beberapa hari lalu.
Alrescha menyahut malas, "Huum."
"Harusnya kamu memakluminya, Alres. Itu tandanya, Bintang itu anak yang penurut sama orang tua. Kalau menikah, dia juga pasti akan menurut sama suaminya. Mungkin Bintang masih takut, atau nggak mau bikin Mamanya kecewa. Dia butuh waktu, Alres. Apalagi kamu ngajaknya langsung serius, Mamanya bisa shocked nanti kalau tahu," ujar Tama menasehati.
"Pacaran nggak boleh. Diajak nikah, alasannya banyak. Ribet banget, sih!" gerutu Alrescha yang membuat Tama dan supirnya tersenyum.
"Sabar, Alres. Kalau Bintang memang jodoh kamu, pasti ada jalan nanti."