Tangan kanan Bintang menyeka air matanya serabutan. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah putih bersih Alrescha yang masih menutup mata. Hampir setengah jam Bintang terus mencoba membangunkan Alrescha. Ia benar-benar takut jika Alrescha tak kunjung bangun.
"Abang! Bangun!" Bintang mencoba membangunkan Alrescha sambil menangis.
"Abang, bangun! Bintang takut," kata Bintang yang sudah berputus asa. "Bangun, Bang!"
Masih di samping tempat tidur, Alrescha memandang Bintang dengan nanar. Kedua mata tajamnya menatap semua makhluk tak kasat mata di sekitarnya dengan tatapan mengintimidasi. Seakan meminta mereka untuk pergi dan tidak menganggunya lagi. Lagi, Alrescha memandang Bintang yang sedang menangisi tubuhnya. Ia memejamkan matanya seraya berusaha dan berdoa agar jiwanya bisa kembali ke tubuh.
Bintang terus menangis di samping tubuh Alrescha. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Ditatapnya Alrescha dengan lekat sebelum mengecup bibir Alrescha sekilas.
"Bintang sayang sama Abang," kata Bintang ditengah isak tangisnya, "Bintang cinta sama Abang. Bangun, Bang! Jangan tinggalin Bintang!"
"Bintang janji, Bintang akan selalu menemani Abang tidur. Bintang mau jadi teman Abang sampai kapan pun. Bangun, Bang! Bintang harus apa sekarang, supaya Abang bangun," ucap Bintang putus asa.
Tiba-tiba kedua mata Alrescha terbuka. Diiringi napasnya yang memburu. Seperti orang yang baru saja berlari mengelilingi lapangan. Membuat Bintang terdiam kaku menatap Alrescha. Alrescha memejamkan matanya seraya mengatur napasnya agar normal kembali. Hingga isakan tangis Bintang membuat Alrescha tersadar dengan sesadar sadarnya.
"Bi," panggil Alrescha yang semakin membuat Bintang menangis tersedu-sedu.
Bintang segera memeluk Alrescha dengan erat. Lidahnya seakan kelu untuk berucap apa pun. Apa yang sudah dilihatnya seperti mimpi buruk namun sangat nyata. Kedua tangan Alrescha memeluk Bintang dengan sama eratnya. Ia mengusap punggung Bintang untuk menenangkan. Dikecupnya puncak kepalanya Bintang dengan penuh sayang.
"Maaf ya, Sayang. Abang sudah buat Bintang takut," ujar Alrescha cemas.
"Sudah dong nangisnya! Abang nggak apa-apa kok. Sudah biasa kayak begitu," terang Alrescha yang membuat Bintang mendongakkan kepalanya.
Bintang memandang Alrescha dengan bingung. Air matanya masih menetes meski tak sederas beberapa menit lalu. Alrescha terbangun. Lalu mengusap air mata Bintang. Kemudian mengecup kening Bintang cukup lama.
"Terima kasih, Bi. Sudah membangunkan Abang," ucap Alrescha seraya tersenyum.
"Bintang terlambat bangunin Abang. Maaf," kata Bintang diiringi tetesan air matanya.
Alrescha kembali menyeka air mata Bintang, "Nggak apa-apa. Yang penting, Abang bisa bangun."
"Kalau nggak?"
"Kalau Abang nggak bangun, ya Abang nggak bisa sama Bintang lagi."
Bintang menangis lagi mendengar penuturan Alrescha. Ia menangis seraya menatap Alrescha dengan takut dan cemas.
"Abang mau ninggalin Bintang?" tanya Bintang khawatir, "Bintang mau menemani Abang tidur tiap malam. Bintang janji, Bintang akan membangunkan Abang tepat waktu. Sebelum jam satu malam. Bintang janji!"
Alrescha tersenyum sebelum mendekap Bintang, "Kalau begitu, Bintang harus menjadi istri Abang dulu. Supaya Bintang bisa menemani Abang setiap saat."
Bintang mengangguk seraya mengeratkan pelukan. Ia benar-benar ingin selalu berada di samping Alrescha sekarang. Meski mungkin apa yang sudah dilakukannya akan membuat mama kecewa. Bintang pernah berjanji kepada mamanya, bahwa ia tidak akan memiliki kekasih sebelum kuliahnya selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrescha
RomanceDear my Pres BEM, Kita adalah sepasang orang asing yang Semesta satukan dalam satu rasa. Rasa rindu yang terbelenggu oleh cinta semu. Meski Semesta telah membuat kita menjadi satu, namun rasa rindu itu masih saja menggebu. Aku tak akan meminta balas...