4. Balasan rasa

2.7K 301 309
                                    

Kedua mata tajam Alrescha mengedarkan pandangan. Memandang lautan orang dari berbagai kalangan di balairung Kampus Biru. Sekitar 3.000 mahasiswa baru, ditambah dengan mahasiswa lama, dosen, dan staf karyawan Kampus Biru telah memadati balairung untuk menghadiri acara Malam Inaugurasi sekaligus penutupan Poema (Pekan Orientasi Mahasiswa Baru). Acara Inaugurasi ini menghadirkan Guest Star dari band ternama di Indonesia. Acara rutin tahunan ini memang acara yang selalu ditunggu oleh semua keluarga kampus.

Tangan kanan Alrescha mengambil smartphone dari saku celana jeans. Lalu membuka sebuah ikon untuk meretas jaringan CCTV di balairung. Kedua jemari tangannya tampak lincah menyentuh huruf dan angka di layar. Ia tampak sangat fokus memerhatikan layar smartphone yang digenggamnya. Setelah berhasil meretas, ibu jari dan telunjuknya saling menarik berlawanan di atas layar smartphone. Memperbesar gambar di layar, dan mencari keberadaan orang yang sedang dikhawatirkannya. Orang yang sudah membuat dirinya merasakan rasa yang tak terjabarkan dalam kata, Bintang Manessa.

Helaan napas Alrescha berembus kasar, kala melihat wajah pucat Bintang terpampang di layar smartphone-nya. Kepalanya mendongak. Memandang kumpulan Maba yang mengenakan kaos putih bertuliskan 'POEMA Kampus Biru' dan celana hitam. Mencoba mencari keberadaan Bintang yang sangat jauh dari jangkauan matanya.

"Shit!" umpat Alrescha putus asa.

"Alrescha!" teriak Ghany, salah satu teman Alrescha di BEM U. "Ayo! Sebentar lagi kita tampil."

Alrescha mengangguk, "Oke!"

Alrescha segera berlari menyusul Ghany. Semua teman-temannya telah menunggu kedatangannya. Acara opening inaugurasi telah berjalan hampir dua jam lamanya. Dimulai dari sambutan berupa tarian tradisional, sambutan dari rektor, dan masih banyak lagi. Sebagai Pres BEM, ia pun mendapat kesempatan untuk mengucapkan sepatah dua kata sebelum acara inti dimulai. Acara yang menampilkan salah satu band papan atas Indonesia.

"Selamat kepada para adik-adik mahasiswa baru yang telah resmi dilantik sebagai Mahasiswa Kampus Biru. Selamat belajar, dan fokuslah pada apa yang ingin kalian capai di sini," pesan Alrescha sebelum menutup sambutannya.

"Sebagai penutup, kami dari BEM U ingin mempersembahkan sebuah lagu khusus untuk adik-adik mahasiswa baru yang hadir malam ini. Lagu ini kami persembahkan atas nama cinta dari kakak-kakak senior, bahwa kami semua akan selalu ada untuk kalian jika dibutuhkan," kata Alrescha yang disambut oleh sorak-sorai para mahasiswa baru.

Beberapa anggota BEM U tampak menaiki panggung dan langsung menuju posisinya masing-masing. Tak terkecuali Alrescha. Ia mengambil sebuah gitar listrik sebelum kembali ke tengah panggung. Ia mengucapkan terima kasih kepada panitia yang telah membawakan standing mik untuknya.

"Sebelumnya, saya ingin mengucapkan sesuatu hal," ujar Alrescha setelah mendapat izin dari berbagai pihak, "ini adalah balasan dari surat cinta yang pernah ditujukan kepada saya waktu itu."

Riuh teriakan para mahasiswa baru semakin keras terdengar. Menyambut ucapan Alrescha yang tak pernah mereka duga. Mereka saling bersorak. Meneriakkan rasa kagumnya kepada Alrescha. Namun hal itu justru membuat Bintang mematung di tempatnya. Ia seakan tak memiliki muka lagi atas apa yang Alrescha lakukan sekarang. Helaan napas beratnya berembus, saat merasakan beribu pasang mata mengarah kepadanya. Ia pun tak dapat menghindari lagi ledekan teman-teman satu jurusannya.

"Kemarin, Semesta telah mempertemukan kita dengan cara yang tak terduga."

Balairung menjadi hening seketika. Semua orang menatap Alrescha yang berdiri di atas panggung seraya memegang gitar listrik. Mereka semua menunggu kelanjutan dari kalimat yang Alrescha ungkapkan. Sedang Bintang mencoba meredakan degup jantungnya yang semakin kencang. Kedua tangan pun mulai terasa dingin.

AlreschaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang