Dear my Pres BEM,
Kita adalah sepasang orang asing yang Semesta satukan dalam satu rasa.
Rasa rindu yang terbelenggu oleh cinta semu.
Meski Semesta telah membuat kita menjadi satu, namun rasa rindu itu masih saja menggebu.
Aku tak akan meminta balas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedua jemari tangan Bintang sibuk mengetik huruf-huruf di keyboard dari layar smartphone. Membalas pesan Happy yang sedari tadi malam baru dibacanya. Sahabatnya itu langsung membalas dengan cemoohan berkali-kali. Hingga senyum simpul terukir di wajah Bintang yang masih tampak pucat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bintang mendongak saat mendengar suara pintu ruang perawatan terbuka. Senyum kecilnya tersungging. Menatap Alrescha yang membawa beberapa plastik makanan.
"Habis telepon Mama?" tanya Alrescha sebelum meletakkan makanan yang dibelinya di atas meja.
"Enggak. Balas pesannya Happy," sahut Bintang.
Alrescha mengambil kotak plastik makanan bening yang berisi bubur ayam dan segelas teh hangat.
"Mau minum dulu?" tanya Alrescha menawarkan teh yang dibawanya, dan disambut anggukan kepala dari Bintang.
Bintang memerhatikan tangan kanan Alrescha yang sedang membuka kotak makanan di hadapannya, "Makan nasi aja, Bang."
"Dokter bilang, Bintang makan bubur dulu," timpal Alrescha sambil menyendokkan bubur ayam. "Lihat tuh, dari rumah sakit aja dikasih bubur."
"Bosen," kata Bintang merengut, menerima dengan paksa suapan bubur dari Alrescha.
"Sekarang makan bubur dulu, nanti siang Abang belikan nasi lembek buat Bintang." Alrescha kembali menyuapi Bintang.
"Udah," tutur Bintang yang membuat kedua mata Alrescha melotot karena kaget.
"Udah apanya! Baru dua sendok. A!" perintah Alrescha keras.
Bintang memundurkan kepala dan menggelengkannya, "Nggak enak."
"Dipaksa dong. Mau nginep di rumah sakit terus?!" gertak Alrescha.
Bintang terdiam ketika suara nada bicara Alrescha sedikit meninggi. Tubuhnya seakan terkunci saat kedua mata tajam Alrescha menatapnya dengan intens dan mengintimidasi. Ia memandang sendok yang disuapkan Alrescha kepadanya. Kemudian menunduk, karena tak ingin memakan bubur ayam itu.
"Nanti kalau Mama datang, Bintang mau pulang aja. Jadi nggak ngerepotin Abang di sini," tutur Bintang yang membuat Alrescha mengembuskan napas dengan kasar.