6. Berbalasnya rasa

2.6K 297 239
                                    

Helaan napas berat Bintang berembus, ketika memandang layar smartphone-nya. Hampir seminggu lebih smartphone itu sepi tanpa telepon atau notifikasi pesan dari Alrescha. Ada rasa kehilangan saat Alrescha tiba-tiba saja tak pernah muncul di hadapannya. Pun dengan beberapa pesan yang setiap hari selalu mengantri di salah satu aplikasi pesan favoritnya.

Setiap hari otak dan hati Bintang selalu bertentangan. Otaknya memerintahkan untuk melupakan Alrescha. Sedang hatinya mengatakan agar meminta Alrescha kembali. Mungkinkah ada rindu yang menyusup saat Alrescha pergi meninggalkannya? Satu pertanyaan yang hingga kini tak mendapatkan jawaban dari diri Bintang sendiri.

Bintang segera menghapus pesan yang sudah ditulisnya untuk Alrescha. Ia membaca kembali semua pesan yang dikirimkan Alrescha untuknya. Ia terdiam. Menatap lekat layar smartphone seraya membaca berulang kali pesan terakhir Alrescha yang akan menjemputnya saat itu. Hari dimana Alrescha pertama kali mengikuti kelasnya, dan juga hari dimana dirinya membuat Alrescha benar-benar pergi menjauh.

Bintang menggendong tas ranselnya, sebelum melangkah pergi meninggalkan kamar kos. Senyum Bintang tersungging saat melewati beberapa kakak kelas berbeda jurusan yang juga indekos bersamanya.

"Permisi, Kak," kata Bintang sopan.

"Iya," sahut beberapa gadis cantik yang sedang sarapan bersama.

"Bintang, Mas Alres nggak ke sini lagi?" tanya salah satu gadis cantik itu, Mega.

Bintang menggeleng sebelum menjawab, "Enggak, Kak Mega."

"Yah! Hilang deh pemandangan terindah kita," ujar Ayu yang baru saja datang membawa sebotol air minum.

"Iya. Padahal kapan lagi kita bisa natap Mas Alrescha sepuasnya," ucap Sinta, teman sekelas Mega.

"Bintang berangkat dulu ya, Kak," pamit Bintang sebelum pergi.

"Hati-Hati, Bintang. Salam buat Mas Alres kalau ketemu. Suruh main lagi ke sini!" tutur Mega sedikit berteriak.

"Kalau ke sini, Mas Alres suruh bawa martabak super spesial!" seloroh Puri yang baru selesai makan.

Bintang tersenyum, lalu melambaikan tangannya kepada kakak-kakak kos. Meski mereka semua sering meledek Bintang karena Alrescha, namun mereka tak pernah memandang aneh dirinya. Yang Bintang tahu, mereka semua telah memiliki kekasih yang di mata Bintang tak kalah keren dengan Alrescha.

°°°

Tangan kanan Alrescha membuka pintu bertuliskan CEO's room. Ia melangkah masuk sembari melepas jasnya. Lalu menyampirkannya di kursi kerja sebelum duduk. Tangan kanannya menarik dasi sebelum melepas dan membuangnya ke meja kerja. Helaan napasnya berembus saat menyandarkan kepala di kepala kursi. Matanya memejam ketika merasakan lelah dan mengantuk. Hampir dua hari dirinya tidak tidur. Semua karena pekerjaannya di kantor, tugas sebagai Pres BEM dan juga karena indera keenam yang membuatnya takut untuk tidur malam di jam tertentu. Rasanya ia ingin pulang ke rumah dan langsung meminta bianya untuk menemani tidur hingga puas.

Alrescha menegakkan tubuhnya. Lalu mengangkat gagang telepon di atas meja dan memanggil seseorang yang selalu membantunya saat bekerja. Ia harus mengecek sesuatu sebelum kembali ke kampus untuk mengajukan proposal skripsi. Ia sudah sangat ingin terbebas dari segala tugas kampus dan kembali bekerja sesuai dengan keinginan hatinya.

"Halo, Pak Shawn. Tolong ke ruangan saya sekarang," kata Alrescha.

Pak Shawn, Direktur Ryotasoft, langsung menjawab, "Siap, Pak. Saya ke sana sekarang."

Ryotasoft adalah salah satu perusahaan game terbesar di Indonesia. Perusahan ini didirikan oleh Alrescha dan sahabatnya, Tama. Nama Ryota sendiri gabungan dari nama depan Alrescha, Ryo, dan nama Tama.

AlreschaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang