7. Konsistensi rasa

2.7K 272 236
                                    

"Abang, terima kasih," kata Bintang setelah turun dari motor Alrescha.

Alrescha membuka helm full face-nya, "Terima kasih buat apa, Bi?"

"Buat semuanya," sahut Bintang diiringi senyumnya.

Alrescha tersenyum. Lalu mengusap kepala Bintang dengan penuh sayang. Membuat degup jantung Bintang kembali bertalu kencang. Wajah Bintang pun mulai terasa memanas, ketika mengingat bagaimana Alrescha memeluknya erat diiringi dengan kecupan yang mampu membuat kakinya merasa lemas.

"Apa pun akan Abang lakukan buat Bintang seorang," ucap Alrescha serius. "Mulai sekarang kalau ada apa-apa, Bintang cerita ya sama Abang. Apa pun itu. Termasuk soal kuliah Bintang. In syaa Allah Abang akan bantu."

Bintang mengangguk, "Iya."

"Iya, apa?"

"Iya, Abang Alrescha-nya Bintang."

Alrescha tertawa, "Udah pintar ya balas omongannya Abang."

"Kan Abang yang mengajari Bintang."

"Itu kan panggilan sayang Abang buat Bintang. Memangnya Bintang udah sayang sama Abang?"

Bintang menatap lekat kedua mata Alrescha yang juga sedang memandangnya. Alrescha masih setia duduk di atas motornya. Karena jika ia turun dan duduk kembali bersama Bintang, maka bisa dipastikan dirinya akan lupa waktu. Alrescha menahan senyum. Memandang Bintang yang sedang mengangguk dengan malu saat menjawab pertanyaannya.

 Memandang Bintang yang sedang mengangguk dengan malu saat menjawab pertanyaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa?" tanya Alrescha meledek.

"Udah," ucap Bintang tersipu malu.

"Udah apa?"

"Ih, Abang! Gitu deh!"

Gelak tawa Alrescha kembali terdengar. Membuat Bintang mencubit lengannya hingga Alrescha mengerang kesakitan.

"Sakit tahu, Bi, cubitan kamu. Bisa diganti nggak kalau lagi gemas sama Abang? Jangan mencubit," pinta Alrescha.

"Diganti apa?" tanya Bintang.

"Pakai kecupan mungkin," seloroh Alrescha berharap.

"Ih, Abang! Udah deh meledeknya!"

Alrescha terkekeh, "Ya sudah, Abang pulang dulu ya. Kalau Abang nggak sibuk, kita ketemu lagi besok."

Bintang langsung mengangguk diiringi senyumannya. Tubuhnya mematung dalam hitungan detik, saat Alrescha tiba-tiba saja mencium keningnya. Ia terdiam menatap Alrescha yang tampak biasa saja. Alrescha memakai helmnya kembali. Lalu menyalakan mesin motornya.

"Cepat bobok! Jangan tidur malam-malam!" perintah Alrescha tegas.

Bintang mengangguk, "Abang hati-hati, ya!"

"Iya, Sayang. Nanti Abang hubungi kalau sudah sampai di rumah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

AlreschaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang