PROLOG

4.9K 353 81
                                    

Ada zikir mengalun lirih di balik deru napas. Sesosok pria tengah berlari dengan kecepatan di atas rata-rata menerobos semak belukar di dalam hutan. Gelap malam menyelimuti tubuh tinggi besarnya yang begitu gesit menyelinap di balik bebatuan. Bulan sabit tak cukup terang untuk membuat para pengejarnya menyadari di mana dia bersembunyi. Alam pun seolah membantu dengan menurunkan kabut gunung semakin tebal hingga pencarian semakin mustahil dilakukan.

Kilatan petir seolah tak mau kalah. Berdampingan dengan guntur menggelegar, gerimis pun ikut hadir menemani. Sudut mata pria itu menangkap ceruk cukup besar tersembunyi di balik semak-semak. Dengan segera dia merendahkan badan dan menyusup ke dalamnya. Hawa dingin menyusupi kaus lengan pendek yang sudah sobek di sana sini. Gigil menusuk tubuh kukuh pria yang masih tak berhenti melafazkan zikir. Rasa lengket di badan bercampur aroma darah yang mengering kembali menyapa saat napasnya mulai kembali teratur. 

Suara hela dan embusan napas panjang terdengar didampingi tetes hujan yang semakin rapat dan deras. Pria itu menatap langit-langit gua yang tak begitu tinggi. Pandangannya berubah sendu dengan tangan yang terangkat sedikit ke atas.

"Apa hamba tak memiliki kesempatan untuk berubah, ya Allah?" Pria itu perlahan menumpahkan rasa yang sedari tadi melesak di dadanya. Dia bisa merasakan nada keputusasaan pada suaranya sendiri. Setiap kali dia sudah sedikit merasakan kedamaian, mereka berhasil mengejar dan hendak menariknya tenggelam kembali dalam lumpur dosa.  

"Mengapa proses hijrah hamba begini berat?" Lagi-lagi getir menguar dan memantul-mantul di dinding gua yang gelap. Namun, akankah dia menyerah dan kembali tunduk pada mereka? 

Tidak!

Meski kaki pria itu sudah lelah berlari dan jiwa tak pernah tenang karena khawatir persembunyiannya akan diketahui, tapi dia tidak boleh menyerah!

Selama nyawa masih melekat di badan, dia akan terus berjuang! Karena itu, di tengah hujan begini deras, di sepertiga malam, pria itu menundukkan kepala dan berdoa dengan segenap hatinya.

"Hamba mohon, bantulah hamba yang bergelimang dosa ini untuk menebus segala kesalahan sebelum ajal hamba tiba." Ada rasa menyayat di dada ketika menyebut kata ajal. Pria itu kembali berusaha menenangkan badai yang kerap mengguncang batinnya. 

Hanya kata aamiin yang khusyuk dan panjang menjadi penutup doanya kali ini.

Sementara terpisah ratusan kilometer jauhnya, seorang perempuan menjerit histeris dikelilingi enam pria buas dengan syahwat memuncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara terpisah ratusan kilometer jauhnya, seorang perempuan menjerit histeris dikelilingi enam pria buas dengan syahwat memuncak. Gudang tak terpakai dengan atap berlubang, lantai semen yang dingin, juga cahaya temaram dari senter yang diletakkan di tepi, membuat gadis itu semakin ketakutan. 

Namun, suaranya teredam sapu tangan yang disumpal ke mulut dan ditahan selotip hitam. Di kepalanya hanya jeritan ketakutan dan doa tak terputus pada Allah azza wa jalla untuk memohon perlindungan.

Akan tetapi, seberapa kuat pun gadis itu memberontak semua sia-sia. Di hari dengan hujan petir menggelegar, gadis itu pun kehilangan mahkotanya yang direnggut paksa.

 Di hari dengan hujan petir menggelegar, gadis itu pun kehilangan mahkotanya yang direnggut paksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

071122

Selamat datang di cerita baru Shirei bertemakan HIJRAH. Semoga bisa lebih baik dari karya-karya sebelumnya dan bisa membawa hikmah positif bagi siapa pun yang berkenan membaca.

Ini karya yang kalah di GWP. Namun, Shirei copy ke sini aja. Yang nggak sabar, bisa cek ke sana. Namun, di sini akan versi revisinya. 😍😍

COVERNYA BARUUU!!! wakakakakakak

⚠️ ADA GIVEAWAY di Instagram Shireishou ⚠️

Cek ke sana, yaa!!

Jangan lupa baca cerita baru shirei di GoodDreamer (Digabung).

Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih

END Asam Garam Asa dan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang