Bab 8 - Kenangan di Tengah Hujan

905 176 64
                                    

Kisah sebelumnya

Kenapa dia selalu begini? Apa ini uang halal?

Namun, ini adalah hadiah. Bukankah Rasulullah pun mengizinkan bermuamalah dengan orang Yahudi? Maka, Gara pun memasukkan ATM itu ke dalam dompetnya sementara PIN-nya langsung dihafal dan kertasnya disembunyikan di kotak barbelnya.

Saat itulah, kilatan petir besar pertama terlihat disusul suara guntur yang menggelegar. Seketika itu juga, lagi-lagi Gara mendengar jeritan Asa.

 Seketika itu juga, lagi-lagi Gara mendengar jeritan Asa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulu kuduk Gara meremang. Di tengah hujan, dirinya pun banyak menyimpan kenangan pahit. Darah yang menggenang, luka yang menganga, juga harapan yang kandas.

Namun, dirinya berbeda dari Asa. Jika Asa kambuh hanya setiap ada badai, dirinya bisa kambuh kapan saja jika ada yang memancing kenangan buruknya. Tentu saja, dibanding Asa yang sampai histeris, Gara hanya merasakan dadanya sesak dengan semua kengerian yang bertubi menghantam kepala.

Saat itulah, kenangan di malam badai itu kembali menerjang kepala. 
 

Di sebuah rumah elit megah yang lebih mirip istana, terdengar suara letusan pistol, barang pecah belah hancur berantakan, baku hantam, dan juga teriakan putus asa orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah elit megah yang lebih mirip istana, terdengar suara letusan pistol, barang pecah belah hancur berantakan, baku hantam, dan juga teriakan putus asa orang-orang.

Suara keributan seolah tenggelam oleh badai yang mengguyur di luar sana. Alarm dan CCTV sudah dimatikan. Signal jamming diaktifkan hingga sinyal telepon maupun internet terputus sempurna. 

END Asam Garam Asa dan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang