Bab 1 - Tetangga Baru

2.3K 296 206
                                    

Sebelum mulai, JANGAN LUPA baca ini, yaaa! Ada GIVEAWAY-nya di IG @Shireishou , yaaa!

Sebelum mulai, JANGAN LUPA baca ini, yaaa! Ada GIVEAWAY-nya di IG @Shireishou , yaaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 1 - Tetangga Baru

Pria bertubuh tegap itu baru saja menggulung kasur lantai tipis ke sudut ruangan. Ayam bahkan belum berkokok ketika dia membuka mata dan langsung bangkit untuk mengambil air wudu.

Suara jangkrik terdengar bersahutan dari kebun singkong di depan rumah, seolah meyakinkan bahwa mereka belum punah dari tepian Kabupaten Bogor. Bohlam kekuningan terasa temaram dan sedikit berkedip saat menerangi ruang mungil ini. Dia menatapnya sejenak sembari berpikir akan membeli yang baru nanti.

Gara menarik keluar sarung dari tas ranselnya kemudian menggelar sajadah. Wajahnya terasa teduh dan tenang. Sisa-sisa air wudu menetes dari ujung rambut ikalnya membasahi bahu. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu membuka kaus tidurnya dan menggantungkan di dinding yang terletak di belakang kiblat.

Sejenak mata pria itu menangkap pantulan tubuh kukuh di cermin besar milik pengontrak sebelumnya yang sengaja ditinggal. Ada embus napas terdengar ketika Gara melihat banyak keloid saling silang menghias tubuh kekarnya. Hati pria itu pun terasa nyeri kala melihat sebuah tato kepala harimau di lengan kiri.

Dia membuang pandangan dan memilih bergegas mengenakan kemeja biru yang sengaja digantung untuk dipakai setiap salat. Pakaian bersih terbaiknya. Gara menarik rambut ke belakang dan menahannya dengan peci agar tidak jatuh menutupi dahi. Pria itu pun mulai melakukan salat Tahajud.

Setiap lafaz salat yang digumamkannya, ada arti yang melintas dengan jelas di kepala. Gara begitu khusyuk dalam setiap bacaan dan juga gerakan. Merendahkan diri, mengagungkan Ilahi, dan menjadikannya oase hati yang selalu merasa sepi.

Seusai salat dan membaca beberapa lembar Al Quran dengan terbata-bata, pria itu mengambil ponsel di sisi kasur dan melihat angka yang terpampang di layar utama. Pukul setengah empat. Masih ada sekitar satu jam lebih sebelum azan Subuh berkumandang. Dirinya baru akan mulai bekerja pukul tujuh besok. Karena itu, Gara kembali mengganti pakaiannya dengan kaus yang tadi tergantung dan mulai merapikan rumah.

Baru kemarin siang, Gara datang diantar pemilik kontrakan. Benda-benda yang dibawanya tidak begitu banyak. Pria itu hanya membawa dua barang besar. Satu kotak besar berisi perkakas pertukangan. Kemudian, sebuah ransel kamping ukuran jumbo yang berisi beberapa helai pakaian, alat salat, dan satu set barbel. Ransel mahal dan sekumpulan barbel itu terlihat tidak cocok berada dalam rumah sempit bernuansa penuh keterbatasan.

Sementara kasur gulung, perkakas dapur sederhana, dan alat-alat kebersihan lain baru dibelinya dari pasar kemarin sore.

Tanpa adanya barang yang menumpuk, rumah kontrakan satu pintu berukuran 3 x 6 meter itu, terasa lengang. Pengontrak sebelumnya sebenarnya memasang tali untuk menggantung kelambu penyekat antara ruang tamu, dengan ruang tidur dan dapur. Tentu Gara tidak memakainya karena dia tak memiliki gorden. Pintu hanya dimiliki kamar mandi mungil yang berukuran 1,8 x 1,3 meter.

END Asam Garam Asa dan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang