Debar hati menjadi saksi bahwa hingga saat ini, Gara masih tak percaya dirinya akan segera menikahi Asa. Rasanya seperti mimpi yang nyaris tak mungkin terwujud. Seorang mantan pembunuh bayaran, bisa mendapatkan istri yang salehah? Namun, jika Allah SWT berkehendak, tidak ada yang mustahil di dunia.
Buktinya, semua persiapan pernikahan begitu dilancarkan. Dari mulai surat-surat, bahkan ada tetangga yang memberi diskon besar untuk biaya nasi kotak yang akan dibeli untuk hantaran setelah akad. Begitupun Asa begitu lancar mengerjakan sarimbit keluarga Heru. Semua berjalan sangat mulus.
Salat dan doa yang terus Gara, Asa, dan Mustika lakukan, adalah cara untuk mencari sebab terbaik dari takdir yang ada di depan mata.
Setiap lepas Isya, Gara dipanggil ke rumah Mustika untuk bicara. Seperti kata Heru, yang harus calon pengantin lakukan sebelum akad dilakukan bukanlah menyibukkan diri dengan aneka persiapan pesta. Namun, pembicaraan dari hati ke hati. Jangan sampai ada perbedaan yang justru memisahkan keduanya dari janji pernikahan dalam waktu singkat.
Mustika masih duduk bersandar bantal. Akhir-akhir ini tubuhnya terlihat semakin kurus, tapi perutnya membuncit. Salat pun sudah dilakukan dengan duduk. Namun, senyum tulus tak pernah lepas dari wajahnya. Entah hati sekuat apa yang mampu membuat wanita itu terus mampu merasa ikhlas bahkan di titik terendahnya.
Maka seperti malam-malam sebelumnya, Mustika pun kembali mengajukan pertanyaan demi pertanyaan.
“Nak Gara sudah siap?” Mustika menoleh ke arah Gara yang kini duduk di lantai berhadapan agak jauh dengan Asa.
Pria itu masih datang dengan kemeja longgar birunya. Wajah Gara hari ini tampak begitu tenang. Semalam, dia bermimpi tentang masa lalunya. Tentang seorang anak kecil yang berterima kasih karena Gara telah membunuh ayah tiri bocah itu yang kerap mencabulinya. Meskipun sebenarnya, Gara menghabisi pria itu karena mangkir membayar utang ratusan juta pada Rave.
Saat ini, Gara memang tidak bisa membenarkan perbuatannya menghabisi nyawa orang lain. Namun, entah kenapa ucapan terima kasih itu seolah memberi harapan. Jika ada sedikit saja kebaikan yang tercipta dari perbuatan buruknya dulu, Allah akan menerima tobatnya.
Padahal, yang Allah mau hanya pertobatan nasuha. Seburuk apa pun dosa di masa lalu, InsyaAllah akan dihapuskan selama benar-benar insyaf setulus jiwa dan dibuktikan dengan perbuatan.
Napas mengalun lembut di balik hati yang begitu tenang. Gara mengucapkan janji kuat-kuat di dalam jiwa kalau dirinya tidak akan terjerumus ke lembah kelam itu lagi. Dia tidak akan menyakiti siapa pun lagi.
Jika dia bisa kembali ke masa lalu, dia pasti tidak akan memilih menerima ajakan Rave dan dididik menjadi seorang pembunuh. Dirinya akan memilih tetap di penjara membayar perbuatannya.
Namun, berandai-andai dengan masa lalu adalah bisikan setan. Gara hanya bisa menatap ke depan dan menumpuk pahala sebanyaknya.
"Lalu, kalau misal Asa hamil dan muntah-muntah hingga tidak bisa bangun, apa yang akan Nak Gara lakukan?"
Gara tampak tidak terkejut dengan pertanyaan yang diberikan. “Saya yang akan menanggung nafkah Asa sampai lahiran. Asa tidak perlu bekerja. Mungkin akan sulit karena saya tidak bisa menemaninya seharian.” Gara tampak berpikir serius. “Apa kalau hamil dan muntah-muntah bisa dirawat di rumah sakit? Saya mungkin bisa membawa Asa agar ditangani oleh ahlinya. Karena saya pun sulit cuti. Saya tidak tega kalau membiarkan Asa sendirian di rumah.”
“Nak Gara nggak nitipin ke Ibu?” Mustika mengangkat satu alisnya mengetahui Gara sama sekali tidak melibatkannya.
Gara menatap tubuh ringkih Mustika dengan penuh kasih. “Ah, saya tidak ingin merepotkan Ibu. Asa adalah tanggung jawab saya. Jika tidak terpaksa, saya tidak ingin membebani Ibu.” Gara tersenyum. “Ibu sudah susah payah membesarkan Asa hingga saat ini. Saatnya Ibu beristirahat dan fokus beribadah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
END Asam Garam Asa dan Gara
EspiritualGara, seorang mantan pembunuh bayaran, ingin berhijrah dan menjauh dari masa lalunya yang kelam. Siapa sangka dia akhirnya berkenalan dengan Asa yang begitu ceria meski menyimpan banyak luka. Walaupun perempuan itu merupakan korban rudapaksa dari en...